Di kalangan pengamat militer sudah tersiar kabar bila akan ada peremajaan posisi KSAD, dan pada gilirannya Jenderal Andika Perkasa (Akmil 1987) akan dipromosikan sebagai Panglima TNI. Pertanyaan yang kemudian muncul: siapa yang akan menjadi calon KSAD untuk menggantikan Andika ?
Setidaknya ada tiga nama yang santer disebut-sebut sebagai pengganti Andika, yaitu Letjen Joni Supriyanto (Kasum TNI, Akmil 1986), Letjen M Herindra (Irjen TNI, Akmil 1987), dan Letjen AM Putranto (Komandan Kodiklatad, Akmil 1987). Saya sendiri memperkirakan, Joni yang berpeluang lebih besar, mengingat Akmil 1986 belum ada yang menjadi KSAD. Ini semacam memenuhi semangat “pemerataan” antar generasi. Dari Akmil 1987, Herindra mungkin lebih berpeluang, selain karena Herindra lulusan terbaik Akmil 1987, dia juga memiliki kedekatan khusus dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (AAU 1986).
Bisa jadi Joni kurang dikenal publik, hal itu bisa dipahami, karena sebagian karirnya banyak dihabiskan di bidang intelijen. Namanya mulai sering-sering disebut di media, ketika dirinya menjabat sebagai Pangdam Jaya, dan berlanjut sekarang selaku Kasum TNI.
Konfigurasi Elite TNI AD Berdasarkan Korps
Pada setiap mutasi TNI (khusunya matra darat), selalu ada upaya menjaga keseimbangan jabatan strategis antara perwira yang berasal dari Baret Merah (Kopassus) dan Baret Hijau. Perlu juga diterangkan, bahwa perwira asal Baret Merah bisa saja pada suatu waktu ditugaskan di lingkungan Baret Hijau, karena kualifikasinya memungkinkan. Dengan kata lain, seorang perwira Kopassus pada perjalanan karirnya bisa mengenakan dua warna baret. Namun perwira asal Baret Hijau tidak bisa ditugaskan di jajaran Kopassus, karena alasan kualifikasi juga.
Untuk posisi KSAD, perwira Baret Merah terakhir yang menjadi KSAD adalah Pramono Edhi Wibowo (Akmil 1980). Sedikit catatan bagi mantan KSAD Jenderal Budiman (Akmil 1978, zeni) mungkin bisa disebut perwira dengan dua baret, karena pernah juga bertugas di Kopassus, sebagai Kepala Zeni Kopassus. Sesudah itu dipindahkan sebagai Komandan Yonzipur 10/Para Kostrad. Maksud saya, meskipun pernah bertugas (sebentar) di Kopassus, Budiman agak sulit disebut tipikal perwira Baret Merat, karena Budiman bukan berasal dari korps infanteri, yang merupakan korps “mainstream” di AD.
Dari tiga nama kandidat KSAD di atas, upaya menjaga “keseimbangan” baret juga masih tampak jelas. Herindra berasal dari baret merah, sementara Joni dan AM Putranto dari baret hijau. Bila ditelusuri lebih dalam, baret hijau masih bisa dibagi lagi (setidaknya) pada dua cabang lagi: baret hijau asal Kostrad dan baret hijau dari Kodam (teritorial).
Berdasarkan kategorisasi tersebut, AM Putranto adalah perwira baret hijau Kostrad, sementara Joni adalah baret hijau Kodam. Perwira baret hijau Kodam (territorial) yang cukup menonjol adalah Jenderal TNI (Purn) Moeldoko (Akmil 1981) dan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo (Akmil 1982). Keduanya memang pernah bertugas di Kostrad, namun karier keduanya lebih panjang di satuan territorial, khususnya Kodam Jaya.
Hanya kini spektrum baret hijau bisa lebih luas lagi, karena bagi perwira kavaleri, artileri, dan zeni, bila sedang bertugas di Kostrad atau Kodam, dia juga harus memakai baret hijau. Jadi anggota Yonkav 9 (Kodam Jaya, Serpong) atau Yonkav 1 (Kostrad, Cijantung) misalnya, dalam berdinas juga memakai baret hijau, seperti anggota korps infanteri. Baret hitam (bagi korps kavaleri) akan dipakai lagi pada kegiatan di lingkup kecabangan korps (kavaleri).
Akmil 1986 Lebih Berpeluang
Bila ditelusuri per angkatan pada Akmil 1986 misalnya, selain Joni terdapat nama Letjen Tatang Sulaiman(Wakil KSAD), Letjen Tri Soewandono (Sekretaris Menkopolhukam) dan Letjen Ganip Warsito (Panglima Kogabwilhan III), yang semuanya merupakan perwira Baret Hijau. Perwira Baret Merah dari Akmil 1986 adalah Letjen (Purn) Hinsa Siburian (Wakil KSAD, lulusan terbaik 1986). Namun Hinsa Siburian sudah keburu pensiun, mengingat saat lulus dari Akmil dulu memang sudah agak “berumur”, karena sudah sempat berdinas sebagai tamtama sebelum masuk Akmil. Dan kini dipercaya sebagai Kepala BSSN (Badan Sandi dan Siber Nasional).
Untuk Akmil 1987 ada kasus yang sedikit berbeda, sebenarnya di generasi ini pada mulanya yang paling menonjol adalah perwira dari Baret Hitam (kavaleri), yaitu Mayjen Kustanto Widiatmoko, yang terakhir menjabat sebagai Aster Panglima TNI. Namun karena alasan kesehatan, beliau sementara masih dalam fase pemulihan dahulu.
Bila dilihat dari tahun kelulusan di Akmil, tampaknya yang akan menjadi KSAD adalah Akmil 1986. Seperti dikemukakan di atas, berdasar asas pemerataan. Sementara untuk generasi Akmil 1988 A dan 1988 B, belum ada yang mencapai pangkat bintang tiga (Letjen), jadi memang agak sulit memprediksi untuk masa sekarang. Giliran mereka adalah pada periode berikutnya.

Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.