Rabu, 22 Maret 23

Jokowi Bantah Pernyataan Sudirman Said Temui James Robert Secara Rahasia

Calon Presiden 2019 nomor urut 02 Joko Widodo atau Jokowi bantah pernyataan Sudirman Said (mantan Menteri ESDM), yang menyatakan bahwa ia pernah melakukan pertemuan secara rahasia dengan James Robert Moffett pada 6 Oktober 2015 sebelum akuisisi 51% saham Freeport.

Menurut Jokowi, selama ini tidak pernah ada pertemuan yang sifatnya rahasia antara dia dengan para pengusaha, termasuk dengan Freeport. “Nggak sekali dua kali ketemu. Gimana sih, kok diam-diam? Ya ketemu bolak balik, nggak ketemu sekali dua kali,” ujar Jokowi setelah acara pembekalan saksi untuk TPS di Jakarta, Kamis (20/2/2019).

Jokowi mengatakan tak ada pembahasan lain selain perpanjangan izin Freeport. Menurut Jokowi, dirinya yang juga kerap bertemu dengan pengusaha maupun konglomerat tak pernah membicarakan masalah yang lain-lain. Bahkan, kata Jokowi dirinya juga pernah bertemu dengan Bos Freeport yang saat ini, Richard Adkerson

“Ketemu dengan pengusaha ya biasa saja, ketemu konglomerat biasa saja, ketemu yang sekarang Adkerson (Bos Freeport) biasa saja, ngapain saya?” tuturnya.

Menurut Jokowi, meskipun pihak Freeport mengajukan perpanjangan izin operasi, dirinya selalu menekankan bahwa pemerintah Indonesia ingin menguasai saham sebesar 51 persen. Keinginan tersebut pada Desember 2018 telah berhasil dilakukan pemerintah lewat PT Inalum.

“Tapi sejak awal saya sampaikan, bahwa kita memiliki keinginan itu (untuk menguasai 51 persen saham), masa enggak boleh,” kata Jokowi.

Sebelumnya Sudirman Said mengatakan bahwa surat soal perpanjangan izin operasi Freeport keluar atas inisiatifnya. Dia mengungkapkan, surat 7 Oktober 2015 itu bisa keluar karena diperintahkan oleh Joko Widodo selaku Presiden Indonesia yang juga atasannya sewaktu menjadi menteri ESDM. Pertemuan rahasia itu menurut Sudirman Said menjadi cikal bakal keluarnya surat perpanjangan kegiatan operasi Freeport di Indonesia pada 7 Oktober.

“Mengenai surat tanggal 7 Oktober 2015, surat itu menjadi penguatan publik, seolah olah saya memberi perpanjangan ijin, itu persepsi publik,” kata Sudirman Said.

Sudirman membantah bahwa surat itu keluar atas inisiatifnya. Dia mengungkapkan, surat tersebut bisa keluar karena diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi selaku atasan Sudirman saat masih menjabat menteri.

“Saya ceritakan kronologi tanggal 6 Oktober 2015 jam 08.00 WIB, saya ditelepon ajudan Presiden untuk datang ke Istana. Saya tanya soal apa Pak, dijawab tidak tahu. Kira-kira 08.30 WIB saya datang ke istana. Kemudian duduk 5 sampai 10 menit, langsung masuk ke ruangan kerja Pak Presiden,” ungkap Sudirman.

Namun, Sudirman diminta oleh asisten pribadi Jokowi bila pertemuan yang menurutnya cukup penting tersebut seolah-olah tidak pernah ada. “Sebelum masuk ke ruangan kerja saya dibisikin oleh asisten pribadi (Presiden), Pak Menteri pertemuan ini tidak ada. Saya lakukan (mengungkapkan) ini semata-mata agar publik tahu,” tuturnya.

Bahkan, kata Sudirman, Sekretaris Kabinet dan Sekretaris Negara yang sering mencatat jadwal Presiden pun tidak mengetahui pertemuan rahasia itu.

“Kan ada Setneg, Seskab tapi dibilang pertemuan ini tidak ada,” katanya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait