Selasa, 26 September 23

Jalan–Jalan Di Jember, Ada Cafe Kolong

Saat kita sebut Kota Jember maka bayangan kita tertuju pada tembakau dan Univesitas Negeri Jember (Unej).  Tembakau merupakan komoditas penting di Jember. Produksi tembakau di Jember mencakup 53% dari produksi tembakau di Jawa Timur. Sehinggat tidak berlebihan jika daun tembakau di jadikan lambang Pemerintah Kabupaten Jember.

Sedangkan unej yang berdiri sejak tahun 1957, keberadaannya tak bisa dipungkiri, telah menjadi penggerak utama ekonomi Kabupaten Jember. Dengan jumlah mahasiswanya saat ini sekitar 80 ribu mahasiswa,  keberadaannya  juga akan membuat perubahan-perubahan di masyarakat, termasuk kuliner dan tempat kongkow di Jember. Kuliner berkembang, tidak hanya rumah makan yang menyajikan masakan yang berasal dari Jawa Timur. bagian Selatan dan Madura. Cafe dan kedai kopi ada dimana-mana dengan harga ekonomis tentunya, sebagai respon atas kebutuhan mahasiswa yang datang dari berbagai tempat di Indonesia dan kaum muda Jember lainnya, untuk keluar dari rutinitasnya. Ada 2 tempat yang saya kunjungi di Jember, Cafe Rolas dan Cafe Kolong. Cafe Rolas terletak di Jalan Gajah Mada-Jember menyajikan beragam kopi dan teh yang mereka tanam dan proses sendri. Karena ditanam dan diproses sendiri, maka kopi yang disediakan adalah kopi original. Terutama kopi spesial Java Arabika. Disini kita juga bisa membeli produk mereka untuk oleh-oleh.

20161119_193506

Kopi dan tehnya terasa nikmat, dengan harum yang khas dari teh dan kopi segar. Tempatnya pun ditata dengan baik, bersih dan nyaman. Untuk harga, masih terbilang standar. Hal ini dirasakan pula oleh Wahyu, seorang profesional bidang distribusi yang berasal dari Jakarta, yang sedang menengok anaknya yang kuliah di Jember.

“Tempatnya enak, kopinya enak, tehnya juga, dengan banyak jenisnya (penyajiannya) mas. Setelah capek setelah keliling, jadi santai” ujar Wahyu.

Rolas cafe, adalah anak perusahaan dari PTPN XII. Itu mengapa mereka bisa menyediakan produk yang mereka produksi sendiri, mulai dari penanaman sampai proses menjadi bubuk kopi dan teh siap saji. Ternyata, nama Rolas sendiri berasal dari bahasa jawa, yang berarti dua belas, sesuai nama PTPN XII.

Berbeda dengan Rolas, Cafe Kolong tempatnya memiliki keunikan tersendiri. Dinamakan Cafe Kolong, memang letaknya di Kolong Jembatan di bawah jalan Mas Trip. Tapi jangan membayangkan bahwa ini tempat kumuh karena berada dikolong jembatan. Memang dibawah kolong jembatan, tapi kolong jembatan yang sudah ‘mati’ tak ada sungai di situ. Sehingga tempatnya bukan tempat becek atau jorok. Ini tempatnya bersih dan ditata secara artistik. Begitu memasukinya, kita terasa memasuki lorong. Meja dan kursi diatur di ke dua sisi di kolong jembatan itu, keluar dari jembatan ada lahan datar, ada bar untuk kegiatan mengolah makanan dan minuman, panggung kecil untuk para penampik, dan beberapa set meja dan kursi kayu untuk pengunjung.

Saat saya dan beberapa teman datang malam minggu, panggung diisi oleh group lokal, anak muda yang menyanyikan lagu-lagu yang enak didengar dari Payung Teduh, Ari Laso/Dewa, dan Bon Jovi. Menu yang mereka sediakan beragam kopi, dan makanan ringan, seperti pisang dan roti bakar, dan beberapa jenis makanan western. Untuk kopi, sayangnya mayoritas jenis racikan kopinya menggunakan kopi dengan merk pasaran yang terkenal. Baru setelah mencari dengan teliti di daftar menu, saya menemukan Kopi Arabica Ijen di dalamnya.

Arabika ijen bisa dikatakan jenis arabika khas Jember, mengingat ditanam di gunung ijen, yang letaknya diantara Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Tentu saja saya pesan Arabika Ijen. Dan harganya, hanya Rp.10 ribu per cangkir. Tetapi setelah saya coba, saya yakin air untuk menyeduhnya kurang panas, sehingga terasa kurang ‘kuat’. Hal tersebut saya katakan pada Imran, teman kerja yang memang tinggal di Jember dan jadi pemandu kami di Jember. Tapi saya sadar setelah Imran mengingatkan, bahwa ekapektasi saya yang terlalu tinggi tentang kopi yang enak, di tempat tongkrongan remaja dan anak muda mahasiswa.

“Memang ini tempat tongkrongan anak muda dan mahasiswa pak.  Yang dicari mereka yang harganya ekonomis, suasananya enak untuk anak muda, dan rasa sesuai selera mereka” demikian pernjelasan Imran, yang menyadarkan saya. Akhirnya kami menikmati musik dan suasana yang memang nyaman, sembari mencoba menyesuaikan selera yang memang beda generasi. Kami kembali ke hotel dengan perasaan puas, masih bisa meluangkan waktu di luar kesibukan kerja kami selama di Jember, untuk sedikit menikmati kota dan gaya hidupnya

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait