Isti Nugroho, aktivis asal Jogya yang pernah dipenjara oleh pemerintah Soeharto, kini Ia aktif dalam kegiatan seni dan budaya. Minatnya tersebut kembali Ia tunjukan dengan menyelenggarakan acara pembacaan puisi Chairil Anwar.
Pembacaan puisi karya Chairil Anwar ini, untuk mengenang Chairil Anwar (26 Juli 1922-28 April 1949). Acara diadakan pada hari ini (28/4/2017), di jalan Guntur no 49 Jakarta.
“Acara di mulai pukul 15.00 dengan diskusi yang bertema ‘Chairil dan Politik’ yang ditulis oleh Suradian Wirodono. Lalu buku dibacakan oleh saya sendiri,” ujar Isti kepada awak media.
Isti juga menjelaskan bahwa acara otu akan dihadiri oleh para aktivis demokrasi, profesional yang berlatar belakang aktivis. Selain mereka yang berlatar belakang aktivis, lanjut Isti, malam satra itu juga dihadiri oleh Olivia Zalianti, Gladies, Tessa Amalia.
Isti juga berencana untuk menyelenggarakan acara ini setiap bulan, untuk memperbanyak puisi di ruang publik. “Ini untuk mengimbangi dominasi berita politik yang semakin banal,” ujarnya.
Saat ditanya lebih lanjut, apa yang mendorongnya untuk mengimbangi berita politiik dengan acara puisi di ruang publik, Isti melihat bahwa wacana politik sudah mengarah pada perpecahan bangsa. Menurutnya, kondisi yang mengarah pada perpecahan, terutama selama proses pilkada, tidak semerta-merta berhenti saat pilkada selesai. Isti berusaha untuk merekatkan kembali dengan karya sastra. Lalu Ia berkata: “Jika politik kotor, maka politik yang membersihkannya,” mengutip pernyataan John F Kennedy dengan nada serius.
Isti berharap agar pembacaan puisi chairil Anwar malam ini mendapat dukungan dari para aktivis demokrasi, karena menurutnya Chairil Anwar memiliki spirit yang sama dengan aktivis demokrasi. “Chairil Anwar senantiasa mengkritisi kekuasaan politik yang ada, yang mengedepankan pemikiran akternatif dan solusi. Sosiknya yang tergambar dari sajak-sajaknya, menginspirasi jiwa pemberontakan yang romantik,” pungkasnya.