Inspirasi Agama dalam Sendratari “Legenda Danau Ranu Grati dan Sholeh Semendi’

0
286
Drama tari bertajuk, Legenda Danau Ranu Grati dan Sholeh Semendi Minggu (15/04/2018). di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. (Foto Budi Ace)

Nila-nilai keagamaan selalu menginspirasi karya kesenian dalam berbagai corak yang khas sekaligus mengesankan. Mereka mementaskan seni drama tari bertajuk, Legenda Danau Ranu Grati dan Sholeh Semendi, di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (15/04/2018).

Amplifikasi moral agama dan nilai-nilai kultural, muncul dalam sendratari yang ditampilkan tim kesenian daerah, dari Pasuruan Jawa Timur.

‘Mbah Sholeh Semendi, diceritakan adalah putra dari Sultan Maulana Hasanudin, seorang ulama pejuang yang gigih dari Banten. Ketika Banten bergejolak, mbah Sholeh keluar dari Banten dan memilih syiar Islam di Pasuruan. Jasanya cukup besar dalam penyebaran Islam di Pasuruan.

Nama Semendi sendiri tercipta karena mbah Sholeh memang biasa bersemedi (meditasi-tapa). “Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Sidogiri. Ini salah satu warisan budaya yang terus berkembang. Sampai sekarang nama mbah Sholeh masih banyak dikenang warga Pasuruan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Drs. Agung Mariyono, M.Si, usai menyaksikan pertunjukan.

Pondok Pesantren Sidogiri, dan mbah Sholeh Semendi, adalah artefak peradaban Indonesia, sebuah interelasi yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional, unik, dan indigenous; Islam khas Nusantara.

‘Mbah Sholeh Semendi,’ adalah simbol sifat kharismatik dan suasana kehidupan keagamaan harmoni, selaras, seimbang, yang abad ini makin sulit ditemukan karena terimbas pragmatisme kepentingan sesaat. Lakon ini sebenarnya dapat dimaknai lebih mendalam, dari sekedar cerita-cerita legenda yang bersifat mitos.

Pemilihan tema dan aktualisasi cerita menjadi penting agar pertunjukan ini lebih berdaya guna sebagai ajang apresiasi seni dan budaya. Lakon ‘Mbah Sholeh Semendi,’ sungguh menarik ditampilkan sebagai isu sosial budaya, di tengah model dakwah abad ini yang penuh amuk, kerap menampilkan wajah Islam yang sarkastis.

Dari pergelaran ini, mari belajar toleran dengan mbah Sholeh Semendi, penyebar ajaran Islam pertama di Pasuruan Jawa Timur. Tokoh ulama, yang mengajarkan nilai-nilai Islam dengan mengedepankan hakekat cinta, dan memanfaatkan budaya sebagai sarananya.

Pergelaran yang dibawakan para seniman muda sebagai duta seni daerah Pasuruan ini cukup memikat. Fragmen dengan pendekatan seni tari ini berjalan dinamis, dengan berbagai gerak tubuh indah dan lincah, membawa imajinasi penonton memaknai cerita. Tata kostum yang penuh warna sekaligus mencirikan karakteristik kultur masyarakat Pasuruan dengan kekayaan alam yang bertopografi daratan yang datar, gunung, dan lautan.

Penulisan dan penyutradaraan lakon ‘Mbah Sholeh Semendi’ dipercayakan kepada Yuli Asmaning Rita. Penata Tari, Sugeng Hariyatin, Penata Musik, Mochammad Maskur, S.Sn, Panata Artistik dan Setting Panggung, Hakim dan Anharul Huda, serta Kostum dan Make up, dipercayakan kepada Dwi Wahyuningsih, S.Pd.

Pergelaran ini melibatkan lebih dari seratus seniman asal Kabupaten Pasuruan, terdiri dari para aktor, aktris, penari, pengrawit, sinden, dan kompetensi seni lainnya. Acara diselenggarakan oleh Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, di Jakarta. Sub Bidang Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, sebagai Pelaksana Produksi, serta Kepala Bidang Seni Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, sebagai Pimpinan Produksi.

Ikut menyaksikan pertunjukan ini, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Hadir secara rutin para Juri Pengamat, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), Munarno, SE (Praktisi, Analis Kesenian dan Budaya Daerah Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur), di Jakarta, dan Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya).

Minggu mendatang, Sub Bidang Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, kembali penampilkan duta kesenian daerah, dari Kabupaten Bondowoso (22 April 2018). Selain itu, ada pergelaran paket khusus Tari Jawa Timuran “Sang Guru” dalam rangka memperingati “Hari Tari Dunia “(28 April 2018), serta penampilan duta seni dari Kabupaten Tuban (29 April 2018) mendatang.