Beredar dan menjadi viral, gosip masuknya warga Cina sebanyak 1.3 juta orang, berdasarkan data dari imigrasi. Padahal 1.3 juta orang ini juga termasuk kunjungan wisata. Bahkan ada sebuah broadcast WA yang kami terima, jumlah warga Cina yang masuk dikatakan 15 juta orang. Fantastik!! Sumbernya? Ya gosip, yaitu: “Informasi Teman”, dan tidak jelas temannya siapa. Mungkin yang disebut ‘teman’ tadi, Kyai Kanjeng. yang sudah dipoles juga, jadi sering menggandakan apa pun, termasuk menggandakan jumlah Warga Cina yang menjadi tenaga kerja di Indonesia. Tenaga Kerja Asing (TKA) dari Cina pasti ada. Bahkan yang ilegal juga ada. Tetapi jumlahnya hanya 20 ribuan saja, bukan jutaan.
Kembali ke broadcast yang kami terima, supaya keren dan seolah ilmiah, gosip tentang masuknya jutaan warganegara Cina tadi sebagai TKA, lalu ditambahkan dengan argumen dengan sedikit tambahan data-data dasar demografi dan ekonomi. Adapun isi argumen dari broadcast yang kami terima, bunyinya:
Cina punya populasi 1,6 miliar. Untuk bisa survive penduduk sebanyak itu butuh topangan pertumbuhan ekonomi 10%. Sayangnya pertumbuhan 10% itu dinikmati Cina hanya pada tahun 2010. Tahun 2012 turun jadi 9%, terus turun 8% tahun berikutnya. Dan tahun ini tinggal 6,2%. Kalau kondisi ini didiamkan, maka di China akan ada perebutan makanan, energi, jabatan, senjata. Pendek kata, bisa persang saudara. Dari pada perang saudara, overpopulation 400 juta dilempar ke negeri orang, biar mereka tempur dengan orang-orang setempat di Vietnam, Thailand, Filipina dan Indonesia…bla bla bla.
Di gosip itu ada data demografi, ada data pertumbuhan ekonominya juga, jadi kelihatannya ilmiah karena ada data tadi. Padahal, kalau mengerti sedikit saja tentang logika, akan cepat ditangkap itu gosip yang ngawur.
Pertama mengenai pertumbuhan ekonomi. Yang namanya pertumbuhan adalah hasil dari perbandingan. Jadi pertumbuhan ekonomi ya perbandingan antara GDP di satu periode dengan periode sebelumnya. Dan pertumbuhan harusnya diperbandingkan dengan pertumbuhan yang berhubungan. Jadi pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk atau pertumbuhan angkatan kerja, bukan dengan total jumlah penduduknya.
Faktor yang paling tepat untuk dikaitkan dengan total penduduk, seharusnya ya total kegiatan ekonomi atau GDP. Jadi seharusnya, jumlah total diperbandingkan dengan jumlah total juga, yang tentunya saling berhubungan. Sederhana kan?
Oposisi doyan gosip ini, semakin terjerembab dalam gosip dan ketidaktahuannya sendiri, saat mau merasionalkan gosipnya, dengan membuat kesan seolah Cina dalam keadaan krisis, miskin, dan perang saudara. Mereka apa tidak tau ya perkembangan saat ini?
Sebagai ilustrasi, GDP Indonesia USD 941 milyar, dengan penduduk sebanyak 240 juta. Sedangkan GDPÂ Cina USD 11.392 milyar atau hampir 12 kali GDP Indonesia. Padahal jumlah penduduk Cina hanya 7 kali jumlah penduduk Indonesia. Artinya GDP/Kapita Cina hampir 2 kali Indonesia.
Sudah lebih makmur (GDP), pertambahan kemakmuran Cina juga diatas Indonesia. Tahun 2015 ekonomi Cina tumbuh  hampir 7% sementara peningkatan jumlah penduduknya hanya 0.58%. Sedangkan kita, pertumbuhan ekonomi hanya 4.8% sedangkan pertambahan penduduknya 1.45% atau hampir 3 kali dari Cina.
Ini data riil, dan menjadi PR kita bersama untuk memperbaiki kondisi bangsa. Kita harus tumbuh dan terus berkembang menjadi negara  maju. Semua pihak harus berpartisipasi, termasuk mereka yang memposisikan diri jadi oposisi. Oposisi kita harus mengkritik dan memberi masukan yang keras dan berbobot, bukan malah asik bergosip, apalagi fitnah. Yah mungkin mereka sekedar mau berkuasa.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.