Republik Indonesia dan Republik Armenia sepakat mempererat hubungan bilateral baik diplomatik maupun perdagangan, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L.P Marsudi terkait hasil dari pertemuan antara Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Armenia, Edward Nalbandian di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (1/11).
Retno mengungkapkan, kedatangannya bersama Menlu Armenia menghadap Wapres adalah untuk melaporkan hasil pertemuan keduanya. Termasuk tentang rencana peningkatan hubungan dagang kedua negara yang selama ini nilainya masih kecil.
“Perdagangannya kita masih kecil dengan Armenia, tetapi ada satu signal yang cukup positif kemarin pada saat terjadi, atau dilaksanakannya Trade Expo Indonesia, ada tiga delegasi bisnis. Hasil yang konkrit dari delegasi bisnis itu, yaitu mengenai ekspor kopi Indonesia ke Armenia, yang dari nilai tidak terlalu kecil, sekitar US$ 350.000,” ungkap Retno.
Selain itu, Menlu Retno juga menyampaikan kepada Jusuf Kalla tentang penandatanganan Letter of Intent untuk memperkuat kerja sama kedua negara melalui dunia pendidikan.
Sementara itu, Menlu Armenia Edward Nalbandian menyampaikan apresiasinya atas pembukaan Kedutaan Besar Indonesia di Armenia yang dinilainya akan mampu meningkatkan hubungan bilateral dua negara.
“Pembukaan (Kedubes) tersebut akan meningkatkan kerjasama antara dua negara, membangun kedekatan antar masyarakatnya, terjadi pertukaran budaya. Tetapi yang paling penting adalah peningkatan ekonomi dan perdagangan,” kata Nalbandian.
Ia juga mengaku sangat bangga dengan respon positif Wapres Jusuf Kalla mengenai peningkatan hubungan negaranya dengan Indonesia.
Republik Armenia atau dinamakan Hayq dalam bahasa setempat dan kemudian Hayastan, yang berarti tanah dari orang orang Haik adalah negara pecahan Uni Soviet yang menyatakan merdeka pada 23 Agustus 1990.
Negara Eropa-Asia seluas 29.743 km2 ini, wilayah daratnya terjepit dan berbatasan dengan Turki di sebelah barat, Georgia di sebelah utara, Azerbaijan disebelah timur, dan Iran serta eksklave Nakhichevan(yang masih daerah Azerbaijan atau eksklave) di sebelah selatan.
Sampai saat ini, negara berpenduduk sekitar 3.018.854 jiwa (2010)Â itu masih disibukkan oleh konflik berkepanjangan dengan Azerbaijan mengenai Nagorno-Karabakh, enklave yang sebagian besar didiami oleh bangsa Armenia yang kini diperintah oleh Azerbaijan. Akibatnya, militer kedua Negara sempat terlibat dalam beberapa kali kontak senjata di wilayah tersebut.
Di bidang olah raga, tim Catur Armenia bahkan menyatakan boikot untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Catur ke-42 yang digelar di Baku, Azerbaijan, pada 2-13 September 2016 silam.