Minggu, 2 April 23

HUT ke 73 Bhayangkara, Kapolres Nunukan Pimpin Ziarah dan Tabur Bunga

Bangsa yang besar adalah bangsa yang senantiasa menghargai jasa para Pahlawanya. Hal tersebut juga menjadi prinsip berbagai pihak baik perseorangan maupun instansi di negeri ini. Salah satunya adalah Kepolisian Resort Nunukan, yang dalam rangka menyambut HUT ke 73 Bhayangkara di Nunukan, korps seragam coklat ini melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Jaya Sakti Nunukan pada Rabu (26/6/2019).

Selain ziarah ke Taman Makam Pahlawan Jaya Sakti, dipimpin Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, anggota Polres Nunukan juga melakukan tabur bunga di perairan Laut Nunukan, Rabu (26/6/2019). Upacara Ziarah dan tabur bunga dimulai pukul 08.00 WITA dan berahir sekitar pukul 11: 00 Wita.

Dalam sambutanya selaku Inspektur Upacara, Teguh Triwantoro kembali mengingatkan betapa berartinya perjuangan para pahlawan dalam sejarah berdirinya republik ini. Hal tersebut menurut Teguh, semangat juang para pahlawan harus senantiasa menjadi motivasi juang bagi semua anak bangsa terutama Kepolisian dalam mendedikasikan diri kepada Ibu Pertiwi.

“Apa yang telah dilakukan para Pahlawan adalah motivasi juang. Dan sebagai bangsa yang menjunjung tinggi peradaban, kita wajib meneruskan cita-cita para Pahlawan dalam menjaga kedaulatan NKRI,” tegas Teguh.

Sementara upacara di TMP Jaya Sakti sendiri diikuti 4 ( empat) Pleton yakni 1(Satu) Pleton Perwira, 1( satu) pleton, Sat Sabhara, 1( satu) pleton Brimob bersenjata, 1( satu) Pleton Bhayangkari cabang Nunukan.

Upacara di awali dengan penghormatan kepada para arwah Pahlawan yang disemayamkan ditempat tersebut. Setelah pembacaan doa, kegiatan di lanjutkan dengan peletakan Karangan bunga ke tugu Taman Makam.

Sementara pada prosesi Tabur Bunga yang di laksanakan di Laut Nunukan, ziarah dimulai dari di Pelabuhan Lintas Batas Liem Hie Djung . Dengan mengunakan 2 Kapal Pol Air, rombongan menuju ke tengah laut dimana ditempat tersebut banyak para pahlawan yang gugur terutama saat konfrontasi RI- Malaysia sekitar 1962-1964.

Selain Wakpokres Kompol Imam Muhadi dan para Perwira di jajaran Polres Nunukan, turut dalam kegiatan tersebut Ketua Bhayangkari Polres Nunukan Ifa Triwantoro dan para Bhayangkari di jajaran Polres Nunukan.

Sebagaimana diketahui, pada saat terjadinya konfrontasi RI-Malaysia sendiri berawal saat Inggris dan Malaysia mendirikan persekutuan besar Negara Federasi Malaysia yang melibatkan negara bagian : Brunei, Singapura, Serawak dan Sabah/Kalimantan Utara.

Bertepatan dengan Konferensi solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika yang di selenggarakan di Moshi, Tanganyika pada 5 Februari 1963, Indonesia mengancam dengan pedas pembentukan Federasi Malaysia dan meminta konferensi mendukung gerakan Kalimantan Utara yang menentang penjajahan dan menuntut kemerdekaan. Pernyataan resmi tentang politik konfrontasi “Ganyang Malaysia” dinyatakan pada rapat umum 11 Februari 1963, yang disusul dengan pengumuman resmi pada 13 Februari.

Demonstrasi besar-besaran menentang berdirinya Federasi Malaysia terjadi di Indonesia. Kedutaan besar Inggris dan sebanyak 21 rumah stafnya yang berada di Jakarta dibakar habis. Mobil-mobil dibakar, perkebunan-perkebunan Inggris di Jawa dan Sumatra disita dan kemudian pemerintah mengumumkan penyitaan atas semua milik Inggris di Indonesia.

Kedutaan besar Malaysia pun diserang 25 September 1963 Presiden Soekarno mengumumkan secara resmi bahwa akan mengganyang Malaysia.

Kemudian pada pidatonya pada Appel Besar Sukarelawan Pengganjangan Malaysia di depan Istana Merdeka pada 3 Mei 1964, dihadapan 21 juta sukarelawan, Presiden Soekarno berbicara mengenai pidato Dwikora (Dwi Komando Rakyat) yang berisi.

1. Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan membubarkan negara Malaysia.

Sebagai tindak lanjut dari Dwikora, di setiap kawasan ditempatkan Brigade Brigade ABRI termasuk Brigade Pendarat Marinir yang siap tempur. Termasuk di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik disiapkan satu brigade, yakni Brigade Pendarat I Marinir dipimpin Letkol K Soemardi, sedangkan Brigade Pendarat II di pulau Batam dipimpin oleh Letkol Mohammad Anwar.

Seruan Bung Karno juga ditanggapi hampir seluruh rakyat Nunukan sehingga konflik fisik antara TNI yang dibantu masyarakat Nunukan melawan Militer Inggris. Dalam peristiwa tersebut tak sedikit Tentara, Polisi dan masyarakat Nunukan yang gugur baik saat perang di darat maupun di laut. Guna mengengang kisah kepahlawanan para pejuang Republik Indonesia tersebut, kini di Pusat Kota Nunukan dirikan monumen yang diberi nama Tugu Dwi Kora.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait