Dunia mengenang pemimpin revolusi Kuba, Fidel Alejandro Castro Ruz yang meninggal Jumat (25/11) lalu pada usia 90 tahun. Pemerintah Kuba mengumumkan masa berkabung selama sembilan hari. Castro adalah tokoh politik yang sangat menonjol di dunia pada paruh kedua abad ke 20. Bagi Indonesia, ada dua presiden yang dekat dengan Fidel Castro, yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid. Bung Karno bertemu Castro pada 1960, sementara Gus Dur berjumpa dengan Castro pada tahun 2000.
Di dunia maya, lebih khusus di media sosial, meninggalnya Castro menjadi salah satu topik pembicaraan termasuk di Indonesia dan Timor Leste. Bagi sebagian besar aktivis Indonesia, nama Castro tak lepas dari nama Che Guevaea, sahabat Castro memimpin revolusi Kuba yang berhasil. Bagi warga Aceh dan Jogja, nama Kuba sangat harum karena pasca tsunami 2004 dan gempa 2006, banyak dokter asal Kuba dikirim untuk mengobati para korban. Rakyat Timor Leste juga mengenang Castro, karena negeri itu dianggap teman sejati. Kuba tak saja mengirim banyak dokter pasca kemerdekaan 1999, juga memberi beasiswa untuk hampir dua ribu mahasiswa belajar kedokteran di Kuba.
Mari kita intip media sosial yang ramai membahas meninggalnya Castro, dari yang serius sampai yang bercanda. Bacalah status saya di bawah ini yang mengaitkan Castro dengan Che Guevara, serta tentang Kuba yang mulai berubah:
Che: “Selamat datang kawan Fidel. Aku sudah siapkan pesta penyambutan untukmu”
Fidel: “Terima kasih kawan Che. Aku membawa kabar untukmu. Sosialisme kini berdamai dengan kapitalisme. Foto wajahmu yang tampan dan penuh pemberontakan kini jadi ikon laris manis, dijual di seluruh negeri kapitalis.”
Che: “Ayolah kawan Fidel kita bersulang untuk pertemuan kita yang indah ini” #RIPFidelCastro
Dari Jogja seorang aktivis NU juga pengelola LKIS, Hairus Salim menulis: “Fidel Castro, pemimpin rakyat Kuba, yang membuat wajah dunia berwarna dan bergairah, dikabarkan baru saja meninggal dalam usia 90 tahun. Saya kira sudah semestinya kita menundukkan kepala penuh hormat kepada orang besar yang satu ini.” Hairus Salim juga mengungkap tentang dokter asal Kuba yang banyak jasanya setelah gempa di Jogja.
“Tak banyak yang tahu kalau pada tsunami Aceh 2004 dan Jogja 2006 banyak dokter muda Cuba menjadi relawan. Pada tahun 2006 itu, Fidel Castro langsung diIstana Negara yang kasih pengarahan buat para dokter yang akan jadi relawan tersebut. Betapa besar jiwanya. Betapa hebat rakyatnya.” Menurut Hairus Salim, Castro adalah tokoh besar dari negeri besar: Kuba.
“Otak dan hati mereka jembar. Mereka kecil tapi cahaya bagi dunia. Sekali lagi selamat jalan kamerad Castro. Damai di sorga.”
Bagi Hairus Salim, Castro mengingatkan pada sosok-sosok Che, Soekarno dan Gus Dur, “Selamat istirahat kamerad. RIP. Kalau di sana ngopi-ngopi sama Bung Karno dan Gus Dur sampaikan salam. Nggak usah kasih tahu kalau umat negeri mereka sedang sibuk dan ribut soal… Ah sudahlah, nanti mereka sedih! Bukan bagaimana bikin anak negeri ini sejahtera, damai dan hidup bermartabat. Eh jangan lupa salam juga ke Che ya!”
Tak ada yang meragukan suksesnya pendidikan kedokteran Kuba. Kuba adalah negara yang perbandingan antara dokter dan masyarakat paling bagus di dunia. Kuba adalah penghasil dokter terbanyak dan mungkin terbaik di dunia. Program Fidel Castro sekolah dokter gratis bagi rakyatnya. Juga memberi beasiswa untuk mahasiswa kedokteran mancanegara. Saking banyaknya dokter di negeri ini, jangan heran kalau di Kuba sopir taksi ternyata seorang dokter.
Saat gempa Yogya, para doker asal Kuba mendirikan rumah sakit darurat di Prambanan, tepi jalan raya Solo-Yogya. Banyak warga Prambanan dan sekitarnya memanfaatkan rumah sakit darurat dari Cuba di Klaten pasca gempa 2006 lalu. Rumah sakit darurat, bukan sekadar tenda pengobatan. Mereka membangun rumah sakit darurat, komplit dengan ruang operasi dan bedah yang lengkap. Lalu obat-obatan mereka semua produksi sendiri. Sungguh membanggakan.
Seorang netizen bernama Rifqi Fairus menulis: “Semoga mendapat tempat yang layak di sisi Gusti Allah. Selamat jalan Pak Castro.”
Dadang Christanto, salah satu perupa kondang Indonesia mengenang Fidel Castro dengan menulis status di Facebooknya:
Orang tak kukenal disebuah jalan di kota Havana, berseru kepadaku
Hapong…!! (Japon-Jepang)
Aku geleng kepala, tanda : bukan.
Chinos…!! (Cina).
Aku tetap geleng kepala.
Aku jawab: Indonesia.
Lalu orang tersebut setengah berteriak: Sukarno…! Sukarno…!!
Sepenggal kenangan ditahun 1994 di tanah Sosialisme yang gagah berani dari comandante Fidel Castro. Hari ini sang revolusioner Fidel berpulang dalam usia 90 tahun. Fidel akan ketemu dengan sohibnya Bung Karno. Sesama anti imperialisme. Entah apa yang akan dipertukarkan diantara mereka di alam sana kali ini. Setelah dulu bertukar topi. Selamat jalan kamerad….
Sementara itu Rarahana Salina, seorang mahasiswa asal Timor Leste yang studi di Universitas Atmajaya Yogyakarta mengenang Castro dengan menulis pertemuan antara Castro, Xanana dan Jose Ramos Horta. Simak tulisannya:
“Pertemuan di Cimeira Movimento Nao Alinhado Kuala Lumpur tahun 2003. Pembahasan tentang support dari pemerintah Cuba yakni memberikan beasiswa kepada hampir 2000 anak muda belajar kedokteran di Cuba. Sementara ini, hampir semua desa di pelosok Timor Leste sudah ada lulusan kedokteran Cuba. Muito obrigado Comandante Fidel Castro, Timorense truefriend. Rest in Peace!”
Seorang sineas muda cumaktivis Daniel Rudy Haryanto yang sering mengikuti festival film di mancanegarajuga mengenang Castro. “Aku merindukan kepemimpinan seperti Fidel Castro, diatidak mengumbar agama untuk kepentingan politik, tetapi aku yakin, revolusiCuba adalah wujud nyata wahyu ilahi. Fidel adalah Pilihan Gusti Allahmelaksanakan wahyu ilahi melalui jalannya revolusi sosialis itu. Jika hari inidi sekitar kita ada manusia mengumbar agamanya di jalanan untuk kepentinganpolitik dirinya dan golongannya, aku tak akan mempercayainya, karena takbedanya dia dengan tukang kecap dan bakul candu….”
Bagi aktivis Setara, Bonar Tigor Naipospos, Castro adalah ikon revolusi Kuba. Coki, panggilan akrab Bonar menulis,
“Ikon revolusi Kuba, Fidel Castro, meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Kuba berubah dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir, terutama ketika embargo Amerika terhadap Kuba berakhir. Sebagaimana Cina, sosialisme di Kuba melakukan modifikasi untuk menghadapi tantangan global baru.”
Akhirnya, mari kitamenundukkan kepala untuk pemimpin dunia yang lolos dari 638 rencana pembunuhan. Adios Comandante!