Rabu, 29 Maret 23

Faisal Basri Pertanyakan Alasan Pembangunan Proyek KA Trans Sulawesi

Pengamat ekonomi, Faisal Basri, mempertanyakan alasan pemerintah membangun kereta api Trans-Sulawesi. Jika alasannya untuk angkutan penumpang, Faisal meragukan efisien dan efektifitasnya.

“Rasanya kalah efesien dan efektif bepergian dengan kereta dari Makassar ke Manado atau sebaliknya dibandingkan dengan pesawat terbang. Kalau dipaksakan kereta cepat, proyek KA cepat Jakarta-Bandung saja berjalan di tempat dan betapa mahal tarif yang bakal ditetapkan,” kata Faisal seperti dikutip dari tulisannya “Gagal Paham Proyek Kereta Api Trans-Sulawesi” di laman faisalbasri.com, Senin (8/8/2016).

Sementara itu, alasan lainnya yakni untuk angkutan barang, Faisal mengingatkan bahwa pengembangan angkutan laut lebih pas mengigat seluruh kawasan Sulawesi dikelilingi laut dan semua provinsinya memiliki laut.

“Dengan kondisi geografis khas Sulawesi, yang lebih cocok adalah mengembangkan angkutan laut sesuai dengan visi Tol Laut Presiden Joko Widodo. Untuk itu beberapa kapal ro-ro sudah cukup untuk mengelilingi pulau Sulawesi, memadukan angkutan barang dan angkutan penumpang dengan kelengkapan fasilitas penunjangnya,” tambahnya.

Ia menambahkan, selain lebih sesuai secara geografis, investasi angkutan laut jauh lebih rendah dan pembangunannya bisa diselesaikan lebih cepat.

“Biaya investasi angkutan laut jauh lebih rendah daripada angkutan darat dan angkutan kereta api. Perwujudannya pun tidak memerlukan waktu terlalu lama,” ujarnya.

Kunci utama untuk menjamin tol laut bisa berjalan mulus, lanjut Faisal, adalah pembenahan pelabuhan.

“Dengan produktivitas bongkar muat yang tinggi, ongkos bongkar muat bisa ditekan. Dengan begitu diharapkan sektor swasta pun tergerak untuk melayari semakin banyak tempat,” lanjutnya.

“Agaknya konsep tol laut perlu dipertajam agar integrasi perekonomian nasional segera terwujud dengan efisien dan tepat sasaran,” pungkas Faisal.

Peresmian Pemasangan rel pertama jalur KA Trans Sulawesi, Jumat, 13 November 2015 di Desa Labalata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru yang disaksikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin limpo. Foto: wikipedia.org
Peresmian Pemasangan rel pertama jalur KA Trans Sulawesi, Jumat, 13 November 2015 di Desa Labalata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru yang disaksikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin limpo. Foto: wikipedia.org

Dikutip dari laman wikipedia, jalur kereta api Trans-Sulawesi adalah jaringan jalur kereta api yang dibangun untuk menjangkau daerah-daerah penting di Pulau Sulawesi. Proyek ini ditargetkan mencapai panjang 2.000 kilometer dari Makassar (Sulawesi Selatan) ke Manado, Sulawesi Utara.

Sasaran dari pengembangan jaringan jalur kereta api Trans-Sulawesi adalah untuk menghubungkan wilayah atau perkotaan yang mempunyai potensi angkutan penumpang dan barang atau komoditas berskala besar, berkecepatan tinggi, dengan tingkat konsumsi energi yang rendah dan mendukung perkembangan perkotaan terpadu melalui integrasi perkotaan di wilayah pesisir, baik industri maupun pariwisata serta agropolitan baik kehutanan, pertanian maupun perkebunan.

Secara teknis, jalur kereta api ini menggunakan lebar sepur 1.435 mm (lebar sepur standar internasional) dan operasionalnya dilimpahkan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Pada Tahap I, dibangun jalur sepanjang kurang lebih 145 kilometer antara Kota Makassar – Parepare. Proses groundbreaking pembangunan kereta api lintas Makassar-Parepare dilaksanakan pada Senin, 18 Agustus 2014 di Desa Ciawung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.

Pemasangan rel pertama telah dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Desa Labalata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru yang disaksikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin limpo.

Jalur kereta api ini pada awalnya dibangun jalur tunggal, tetapi lahan yang disiapkan dapat dibangun jalur ganda. Jalur ini direncanakan mempunyai 23 stasiun yang akan dibangun sebagai pemberhentian kereta api. 23 stasiun yang terdapat di jalur ini yaitu: Stasiun Tallo (Makassar), Parangloe, Mandai, Maros, Pute, Lempangan, Pangkajene, Bungoro, Lebakkang Ma’rang, Segeri, Mandale, Tanate Rilau, Barru, Garongkong, Pelabuhan Garongkong, Takalasi, Soppengriaja, Palanro, Malusetasi, Kupa, Lumpue, Soreang.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait