Upaya menjadikan BUMN efisien, akan terus menjadi perhatian publik mengingat posisi strategis BUMN. Untuk itu, arah BUMN kedepannya, harus terus digali. Langkah awal yang harus dilakukan menurut Faisal Basri adalah menangani BUMN yang bermasalah terlebih dahulu. Harus dibuat semacam klinik untuk menyembuhkan BUMN tersebut, mulai dari memetakan permasalahannya, menentukan cara/model penaganannya dan langkah-langkah mengobatinya. Faisal Basri melihat penanganan BUMN yang terjadi selama ini, tampak tidak sistematis.
“Untuk memperbaiki BUMN kita harus dulu tau kondisi BUMN nya. BUMN kita kan banyak. Kita petakan dulu kondisi BUMN itu menurut tingkat efisiensi dan dampaknya. Nah BUMN dengan tingkat efisien dan dampak yang rendah kita tangani dulu. Kita pebaiki dulu. Semua harus sistematis, dimulai dari akar permasalahannya”
Saat ditanyakan bagaimana arah bumn kedepannya?
Faisal mengingatkan bahwa sejarah BUMN berasal dari perusahaan belanda yang dinasionalisasi, dan berasal dari pampasan perang Jepang. Ada yang perlu dipertahan ada yang perlu dikembalikan kepada rakyat, ada pula yang perlu dijual/diserahkan kepada swasta.
“PTPN dulu adalah perusahaaan perkebunan Belanda yang tanahnya sewa dari masyarakat, yang skalanya tidak ekonomis dikembalikan saja kepada rakyat. Hotel BUMN berasal dari pampasan perang, serahkan atau jual saja kepada swasta. Toh dampak ekonominya juga tidak besar. Ada juga industri yang sifatnya pioneer, seperti industri sandang dan industi baja Krakatau Steel atau KS. Industri sandang bisa dilepas, KS masih oke dipertahankan. Dengan begitu BUMN akan lebih ramping dan fokus pada industri strategis dan hulu” demikian penjelasan Faisal kepada indeksberita.com.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.