Sabtu, 2 Desember 23

Elektabilitas Ahok Masih Teratas, Tapi 32.8 % Warga Jakarta Belum Tentukan Pilihan

Jakarta – Elektabilitas top of mind Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok belum tergoyahkan dalam kandidasi jelang Pemilukada DKI Jakarta 2017 mendatang.

Rilis survei terbaru (Senin, 25 April 2016) lembaga Populi Center mencatat, Ahok dipilih oleh 50.8% responden. Persentase pilihan ini naik dari hasil survei Februari 2016 sebelumnya (49.5%) dan unggul jauh dari bakal calon lainnya seperti Yusril Ihza Mahendra (5%), Sandiaga Uno (1.5%), Adhyaksa Dault (1.5%).

Survei Populi Center bertajuk “Pilgub Jakarta: Rasionalitas Pemilih Diantara Skandal dan Kinerja” ini dilaksanakan pada 15-21 April 2016, melalui wawancara tatap muka dengan 400 responden yang tersebar di 40 kelurahan 6 wilayah Provinsi DKI Jakarta. Survei menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin error + 4.9% pada tingkat kesalahan 95%.

Peneliti Populi Center, Nona Evita, mengatakan survei bertujuan untuk melihat apakah petahana masih kuat di Pilgub Jakarta dan apakah pemilih Jakarta mampu membedakan informasi dan menilai kinerja. Terutama sejak mencuatnya beberapa kasus kontroversial seperti reklamasi Pantai Utara Jakarta dan pembelian lahan RS Sumber Waras.

Selain itu, lanjut Evita, survei juga ingin melihat tren dukungan publik di Jakarta dan melihat potensi kandidat yang semakin menguat dukungan elektoralnya dibanding survei yang sudah dilakukan pada Desember 2015 dan Februari 2016.

Untuk tingkat popularitas,Ahok juga masih berada di posisi pertama dengan 98.5%. Setelah Ahok, untuk penilaian terhadap 14 tokoh hanya Ahmad Dhani (96%), Dede Yusuf (88.5%), Yusril Ihza Mahendra (83.5%) dan Abraham Lunggana alias Haji Lulung (68.5%) yang masuk dalam lima teratas untuk popularitas. Namun, Haji Lulung dan Ahmad Dhani populer karena penilaian negatifnya (notorious), sementara tokoh lain populer karena dinilai positif oleh warga Jakarta.

Menurut Evita, tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Pemprov DKI Jakarta sedikit naik menjadi 73.3% dari 70% pada bulan Februari 2016. Sementara itu, persentase tingkat kepuasan terhadap kinerja Gubernur Ahok juga naik dari 73.5% (Februari 2016) menjadi 73.7% pada April 2016.

Evita menambahkan, untuk isu-isu yang sedang bergulir seperti pembelian lahan RS Sumber Waras, sebanyak 38% masyarakat Jakarta menyatakan tidak percaya Ahok terlibat. Angka ini menurun sedikit dari 39% pada survei Februari 2016. Sedangkan persentase warga yang percaya dengan keterlibatan Ahok naik cukup tinggi menjadi 18.5% dari 12.2% per Februari 2016.

Terkait kasus ini, menarik bahwa 27.2% masyarakat lebih percaya Ahok dibadingkan yang percaya dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebesar 19%.
“Meski demikian, 53.8% warga mengaku tidak mengetahui kasus tersebut dan
memilih untuk tidak menjawab. Ini artinya kasus yang bergulir tidak menyita perhatian
masyarakat,” ujar Evita.

Sementara itu untuk kasus suap reklamasi Teluk Jakarta, paling banyak
masyarakat (34.2%) tidak percaya bahwa Ahok terlibat kasus tersebut. Adapun yang menyatakan percaya sebanyak 19.5%.

Meski demikian, survei ini juga mencatat sebanyak 32.8 % warga DKI Jakarta menyatakan belum menentukan pilihan dan tidak menjawab saat menjawab pertanyaan terbuka (top of mind) “Jika Pemilukada DKI Jakarta dilakukan hari ini, menurut anda siapa yang paling layak dipilih untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta?”

“Ini berarti bahwa seiring bertambahnya pilihan bakal calon gubernur, maka masyarakat pun tidak cepat-cepat menjautuhkan pilihan,” ujar Evita.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait