Sabtu, 2 Desember 23

Efek Ahok Sampai ke Jogja

Fenomena Ahok sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta lewat jalur independen mempengaruhi beberapa bakal calon lain melakukan hal serupa. Setelah Teman Ahok, maka lahirlah Relawan Yusril, Suka Haji Lulung, Sahabat Sandiaga Uno (SSU), dan Relawan Muda Adhyaksa (Ramah). Namun, tak hanya di Jakarta, di Jogja pun kini terbentuk Joint: Gerakan Jogja Independent. Tugasnya menjaring bakal calon walikota Yogyakarta pada pilkada tahun depan. Rupanya Efek Ahok sampai ke Jogja.
Pada deklarasi Joint yang dilakukan di pinggir Kali Code(20/3) dihadiri sejumlah seniman, mantan politikus, dan aktivis, di antaranya mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas, sineas Garin Nugroho, senimanseperti Butet Kartardjesa, Ong Hari Wahyu, juga Djaduk Ferianto.

imageMenurut penggagas Joint, Neni Yustina, gerakan Jogja Independent muncul sebagai bentuk kepedulian masyarakat agar memperoleh pemimpin yang berpihak rakyat dan tak terkooptasi kepentingan partai politik pengusungnya.Kini semangat untuk menjadi calon kepala daerah dari jalur independen bergeliat di Yogyakarta.

Sejak deklarasi, gerakan Joint yang berkeinginan memunculkan sosok kepala daerah baru pada Pemilihan Kepala Daerah 2017 menerima dua pendaftar tambanan.”Keduanya sudah mengisi formulir pendaftaran yang bermaterai. Tinggal melengkapi berkas-berkas pendukungnya,” kata Yustina Neni (23/3). Kedua pendaftar tersebut adalah Romi Heryanto dan Martha Haenry yang mendaftar secara langsung di Sekretariat Joint, Kedai Kebun, Praworotaman, Jogja.

Salah seorang bakal calon yang sudah membentuk tim relawan “Sayap Darmawan” adalah seniman Whani Darmawan. Sastrawan dan pemain film dari Institut Seni Indonesia (ISI) ini kini sedang mengumpulkan KTP warga sebagai syarat dukungan untuk calon independen. Salah satu bintang film Pendekar Tongkat Emas bersama Christine Hakim ini saat mahasiswa adalah aktivis kampus.

Joint membuka pendaftaran hingga 30 Maret, kemudian melakukan konvensi secara terbuka terhadap pendaftar sehingga terpilih calon wali kota dan wakil wali kota yang akan diusung pada Pemilihan Kepala Daerah 2017. Seluruh pendaftar akan dinilai oleh tim khusus berangotakan lima orang pada saat konvensi. Selain Neni, nama-nama yang akanmasuk dalam tim lima tersebut di antaranya adalah Busyro Muqodas, Edy Suandi Hamid, dan Bambang Eka Cahya.

Jika bakal calon wali kota dan wakil wali kota yang dihasilkan dari Joint tersebut kemudian dilirik oleh partai politik, maka gerakan tersebut sangat terbuka asalkan tidak ada syarat apapun yang diajukan partai politik.

Menurut Garin Nugroho gerakan ini merupakan sebuah tradisi baru yakni terwujudnya konsultasi publik secara intens dengan calon walikotanya. “Komunikasi pemimpin dan rakyatnya tidak hanya berhenti saat pilkada, ini yang paling krusial untuk dibenahi, karena calon dari parpol biasanya hanya seperti itu,” ujarnya.

Jalur Partai:
Mulai ramainya bakal calon walikota melalui jalur independen, makin meramaikan bursa calon walikota budaya dan pendidikan ini. Sejauh ini bakal calon yang telah beredar baru dua orang, yaitu Imam Priyono dari PDI Perjuangan dan Wiro Negoro dari Partai Gerindra.

Imam Priyono adalah wakil walikota saat ini, sementara Wiro Negoro adalah menantu Sri Sultan Hamengkubuwono ke 10.

Bagi warga kota yang menginginkan perubahan kota, kini tersedia pilihan melalui jalur partai maupun jalur independen. Pasangan walikota dan wakil walikota Haryadi Suyuti yangdiusung Partai Golkar dan PDI Perjuangan, tak mempunyai prestasi yang kinclong meskipun juga tak jeblok sekali kinerjanya. Yang bisa dirasakan pada masa pemerintahan Haryadi-Imam adalah jumlah hotel dan mal di Jogja bertambah signifikan.

Sebagian warga ingin agar moratorium pemberian izin pembangunan hotel dan mal diteruskan dan tak dilanggar walikota. Warga juga menginginkan walikota nanti peduli pada kegiatan budaya dan berani melawan mereka yang anti keberagaman. Walikota yang sekarang tak cukup kepeduliannya terhadap kegiatan kebudayaan dan keberagaman, sehingga sering tak “hadir” ketika dibutuhkan. Tak heran para seniman pernah membuat kegiatan yang menyindir walikota, kegiatan itu bertema “Mencari Haryadi”.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait