Selasa, 21 Maret 23

Diguyur Hujan, Warga Tak Beranjak Tonton Pesta Rakyat

BOGOR – Puluhan ribu masyarakat tumpah ruah di sepanjang Jalan Suryakencana, Kota Bogor menyaksikan Cap Go Meh (CGM). Kendati hujan mengguyur dan pembukaan acara yang sedianya digelar mulai pukul 14.30 sempat molor, namun warga masih tidak beranjak dan makin memadati tepi jalan.

Pesta rakyat CGM kali ini tak hanya didominasi budaya Cina, namun juga menghadirkan beragam budaya Indonesia. Menyampaikan pesan kebhinekaan dan kebangsaan dengan diawali lagu Indonesia Raya, panitia CGM 2016 Kota Bogor sukses membuat acara ini menjadi milik masyarakat.

Pada pelaksanaan CGM, tim kerja pria terlihat mengenakan baju khas daerah Sunda. Baju kampret dengan sebutan populernya, ditujukan untuk memperkaya keberagaman. Sebannyak 10 ribu personil dan puluhan tim kesenian makin membuat kirab yang berawal dari depan Vihara Danagun, Suryakencana tersebut semarak.

“Meski sebutannya festival Cap Go Meh, namun nuansa Indonesia lebih terasa kental dengan mengutamakan kebersamaan dan persaudaraan,” tukas Ketua DPRD Kota Bogor, Untung Maryono kepada indeksberita.com saat dimintai komentar, Senin (22/2/2016).

Sebagai acara pembuka, paduan suara dari Regina Pacis, dan penampilan marawis dari Pesantren Rhoudhotul Nur mengawali pesta rakyat CGM. Selanjutnya, publik Kota Bogor yang berbaris menyesaki jalan disuguhkan budaya nusantara tari Tor-tor dari Sumatra Utara, disusul parade drum band yang dilanjutkan arak-arakan Reog Ponorogo, barong dan ogoh-ogoh.

Melengkapi gelaran CGM, tarian 21 liong dan barong dari berbagai kelenteng di Indonesia juga ikut unjuk kebolehan dan kemudian diikuti pawai mobil hias 12 shio menurut kepercayaan Tionghoa.

“Adanya suguhan budaya nusantara membuat perayaan Cap Go Meh di Bogor tidak lagi milik budaya Cina, tapi juga bagian dari Indonesia, bagian dari anak bangsa,” singkat aktivis GMNI, Vayireh Sitohang saat ditemui diantara penonton pesta rakyat. (eko)

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait