Kamis, 28 September 23

Difitnah Anti NKRI, Warga Bali Gelar Kirab Bendera Merah Putih

Ribuan massa aksi Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi menggelar acara kirab 110 Bendera Merah Putih dari lapangan Puputan Badung menuju Serangan, Minggu (25/9). Aksi ini sebagai bentuk memperingati 110 tahun Puputan Badung dan juga hari Maritim Dunia

Sebanyak 110 warga penolak reklamasi Teluk Benoa membawa Bendera Merah Putih dengan berjalan kaki diiringi dengan lagu-lagu nasional. Di antara 110 pengirab bendera terdapat beberapa warga yang dikriminalisasi atau yang dituding melakukan tindakan anti NKRI, separatisme, pelecehan bendera merah putih dan fitnah keji lainnya, diantaranya,  I Gusti Putu Dharma Wijaya alias Gung Omleth , warga Desa Adat Sumerta Denpasar yang dikriminalisasi dan dijadikan tersangka oleh Polda Bali terkait kasus penaikan bendera di DPRD Bali. Yang kedua, Putu Agus Wirasmana alias jimi, pemuda dr Desa Kesian Gianyar. Pemuda yg diperiksa polisi karena foto nya yang sedang hormat bendera ForBALI dicuri oleh akun palsu Twitter @banaspati2001 dan diplintir anti Pancasila dan anti merah putih, serta yang ketiga adalah Putu Gent, Pemuda dari Kota Denpasar yang status akun FB nya diplintir oleh pihak tertentu dengan menyebarluaskan bahwa status FB yg bersangkutan menyuarakan gerakan Bali merdeka

I.B Purbanegara, Bendesa Adat Buduk Mengwi Badung meyatakan, “Keterlibatan 3 warga ini sebagai pemegang bendera kirab dengan jarak tempuh 11 km adalah sebagai jawaban atas tudingan dan fitnah kepada mereka dan menunjukan mereka sangat cinta NKRI dengan cara berjuang menyelamatkan Teluk Benoa dr Reklamasi.”

Di belakang warga pengirab Bendera Merah Putih,  belasanribu massa aksi mengikuti Bendera Merah Putih dengan membawa bendera Pasubayan, ForBALI dan atribut lainnya untuk menolak rencana reklamasi teluk Benoa. Ada juga yang menggunakan sepeda gayung, kendaraan bermotor dan mobil ambulans sebagai pengiringnya.

Aksi ini dimulai dengan mengambil titik awal di Patung Catur Muka Denpasar, pada pukul 09.00, kemudian menuju ke Gemeh,  jalan Wr. Supratman, Desa Adat Sesetan, Pesanggaran, Pertigaan Serangan dan berakhir di Pura Sakenan Pulau Serangan.

Menariknya, pelepasan Kirab diawali dengan Tarian dan Puisi dari Cok Sawitri yang mengisahkan Perang Puputan Badung. Lalu dilanjutkan dengan menyanyikna Lagu Indonesia.

Pada puncak acara pelepasan, peserta Kirab dilepas oleh 3 orang sesepuh Veteran pejuang kemerdekaan, diwakili oleh Bapak Rugeg (99 tahun) yang berasal dari desa Kerambitan Tabanan Bali. Sebelum menyerahkan bendera kepada pimpinan barisan kirab, Bapak Rugeg menyampaikan agar warga terus berjuang menyelamatkan Teluk Benoa dari Reklamasi. “Teruskan perjuangan menyelamatkan Teluk Benoa, tolak reklamasi Teluk Benoa”, pekik Rugeg sembari melepas secara resmi Kirab ini.

Sepanjang rute yang dilewati, barisan kirab bendera ini dielu-elukan warga. Teriakan tolak reklamasi Teluk Benoa bersahutan dengan lagu-lagu perjuangan. Saat memasuki desa adat Sesetan Denpasar, dipimpin oleh Penyarikan Adat , Dudik Mahendra, warga menyambut dengan gamelan beleganjur yang semakin menyemangatinya aksi ini.

Semakin jauh berjalan, massa aksi kirab terus bertambah mencapai belasan ribu orang, bagaikan bola salju yang sedang menggelinding.

Peserta Kirab terlihat tidak kenal lelah, bahkan sepanjang perjalanan pembawa Bendera Merah Putih tidak ada yang mau digantikan oleh peserta lain sampai memasuki Desa Adat serangan dan berakhir di depan Pura Sakenan.

Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan Masyarakat Bali pada sejarah kebesaran Perang Puputan Badung dalam melawan penjajahan kolonialisme Belanda dan saat ini dimaknai sebagai tekad berjuang habis-habisan untuk menyelamatkan Teluk Benoa sebagai bagian dari NKRI.

“Semangat Puputan Badung Kami maknai sebagai wujud perjuangan sampai titik darah penghabisan demi menyelamatkan Teluk Benoa dari eksploitasi berupa reklamasi. Ini adalah wujud jiwa nasionalisme Kami yang setia kepada NKRI dengan cara menjaga Teluk Benoa sebagai bagian dari pesisir negara ini. Kegiatan ini sekaligus jawaban bagi fitnah-fitnah keji yang menuding gerakan rakyat Bali tolak reklamasi sebagai gerakan anti NKRI, separatis, menghina bendera negara dan berbagai tudingan laian yang tidak sesuai dengan fakta yang ada,” ujar Gendo Suardana selaku Koordinator ForBALI.

Lanjut dikatakan, momentum tersebut menjadi bukti yang dilakuak dalam melakukan perjuangan dengan gegap gempita selama 4 tahun berupaya menyelamatkan Teluk Benoa dari upaya reklamasi. “Berjuang tiada kenal lelah dan tanpa henti seperti semangat puputan yang diwariskan dalam sejarah puputan Badung.,” imbuhnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Kuta, Wayan Swarsa mengatakan semangat Puputan dan nasionalisme sejati, berpadupadan dalam langgam perjuangan
Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.

“Ini menunjukan Rakyat Bali setia menjaga kejayaan NKRI sebagai bangsa maritim, sebagaimana semangat Puputan Badung yang sedemikian heroiknya menjaga setiap jengkal tanah pertiwi dari keserakahan,” ujarnya.

Aksi ini berjalan kurang lebih 5 jam ini diakhiri dengan persembahan tarian Baris Gede di Wantilan Pura Sakenan dan ditutup dengan persembahyangan bersama.  Pasca aksi, massa kemudian membubarkan diri dengan tertib.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait