Didepan Anggota Dewan se Indonesia, Bima Curhat Soal Kota Hijau

0
94

BOGOR – Meski Kota Bogor kerap dijuluki ‘Kota Sejuta Angkot Hijau’ karena jumlah angkutan kota saat ini sudah mencapai 3.412 unit dengan 23 trayek. Namun, pembangunan menuju kota hijau tetap jadi target Walikota Bogor, Bima Arya. Selain itu, dibawah kepemimpinannya, Bima juga akan menjadikan Kota Bogor menjadi kota pusaka dan kota cerdas.

Itu landasan pembangunan Kota Bogor yang disampaikan Walikota Bima Arya Sugiarto saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Dewan Kota se-Indonesia (Adeksi) 2016, di Ballroom Hotel Salak Heritage Bogor (7/12/2016).

“Dulu konon kabarnya Kota Bogor hanya di desain maksimal untuk 200 ribu orang, tempat para kumpeni indehoy. Sekarang penduduknya sudah 1 juta,” tukasnya pada Rakornas Adeksi yang mengangkat tema “Penguatan Tupoksi DPRD dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan”.

Bima menjelaskan, kondisi Kota Bogor yang memiliki keterbatasan luas lahan, sementara pertumbuhan kendaraan bermotor 14% per tahun.

“Sedangkan pertumbuhan infrastruktur jalan hanya 0,1%. Setiap hari 600 ribu orang pulang pergi Jakarta-Bogor, setiap hari pula orang Cianjur dan Sukabumi lewat Kota Bogor pergi ke Jakarta. Demikian pula setiap akhir Minggu 300 ribu warga Jakarta menyerbu Kota Bogor untuk wisata kuliner. Kebun Raya yang menjadi salah tujuan mereka saat ini tidak memiliki tempat parkir,” tuturnya.

Alasan itu yang membuat Kota Bogor kini juga menjadi kota termacet. Ia menambahkan, lingkungan hidup menjadi salah satu isu utama dengan agenda membenahi masalah tata ruang. Karena semua awalnya dari tata ruang yang memungkinkan pembangunan berkelanjutan.

“Bogor ini masalahnya hampir sama dengan semua kota di Indonesia yang apabila dibiarkan akan menjadi lautan angkot, PKL dan lautan ruko. Kota Bogor lebih spesifik lagi karena pusat pemerintahan, wisata, perbelanjaan, pendidikan dan ibadah semua ada di tengah kota,” kata Bima.

Hindari kemacetan, kedepan Walikota Bogor akan membuat zonasi ke tepi kota. Rencananya, LRT yang semula ke Baranangsiang, lanjut Bima, sudah diminta bergeser ke Tanah Baru.

“Bersama dewan kami juga sedang fokus untuk menyelesaikan revisi RDTR dan RTRW Kota Bogor karena itu merupakan landasannya. Jika itu tidak jelas maka semua menjadi tidak jelas,” terang Bima.

Didepan peserta Rakernas Adeksi, Walikota Bogor juga pamer pembangunan taman kota. Taman untuk ruang terbuka hijau, sebutnya, adalah oksigen jiwa dan karakter warga.

Penataan transportasi di Kota Bogor bukan terjadi saat pemerintahan Bima Arya saja, melainkan juga sejak Bogor dipimpin Walikota Suratman, Edy Gunardi, Iswara, dan Diani Budiarto. Namun, hingga saat ini kemacetan tetap saja terjadi bahkan belakangan ini semakin parah. (eko)