Caleg PDIP Yuhastihar Sumbang Air Bersih untuk Warga Semambung Sidoarjo

0
91
Caleg PDIP Yuhastihar mengisi air ke galon warga yang sudah dipersiapakan Dusun Penumpakan Desa Semambung Jabon Sidoarjo (Supriyadi)

Caleg DPR RI nomor urut 3 dapil Kota Surabaya dan Sidoarjo dari PDI Perjuangan (PDIP) Ir. Yuhastihar, MM mendatangi Dusun Penumpakan Desa Semambung Kecamatan Jabon Sidoarjo, Selasa (19/01/2019). Caleg PDIP Yushastihar ini, akan membagikan air bersih untuk warga Semambung Sidoarjo, sekaligus mendengar langsung keluhan lain yang dialami warga di sana.

Yuhastihar datang bersama tim pemenangan yang sebelumnya sudah melakukan pendataan masalah kebutuhan warga. Naning koordinator tim pemenangan Yuhastihar mengatakan, bahwa hasil pendataannya menunjukan bahwa kebutuhan warga di Dusun Penumpakan ini kekurangan air bersih.

“Kebutuhan air bersih itu sangat teramat dibutuhkan warga di sini. Meski di daerah sini banyak warga yang memiliki sumur pompa namun airnya tak layak untuk diminum,“ kata Naning.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih itu, lanjut Naning, Yuhastihat menyumbang satu tangki truk berisi air bersih 5000 liter dibagikan kepada warga.

“Kita memulai dari ini saja dulu (pembagian air). Kami juga akan mengusahakan bagaimana supaya warga di sini, bisa terus menikmati air bersih untuk dikonsumsi sehari-hari,“ ucap Naning.

photo 2

Lokasi dusun yang berjarak sekitar 19,8 kilometer dari pusat kota Sidoarjo ini, memang tidak seperti daerah mudah kekurangan air. Di desa yang termasuk kawasan Sidoarjo pertambakan, air tanah cukup mudah di diperoleh.

Sumur bor banyak dimiliki warga. Hanya saja warga tak berani mengonsumsi. Selain terasa asin kadang terasa payau. Bahkan ada juga yang bau airnya menusuk di hidung. Padahal warna air kelihatan bening.

“Persoalannya yang pasti kita masih berusaha untuk mencari penyebabnya, kenapa warga di sini tidak bisa menikmati air bersih padahal warga sendiri ketika melakukan pengeboran juga keluar sumbernya,“ tambah Naning.

Yuhastihar sendiri kepada warga mengatakan, dirinya tidak serta merta berjanji. Tapi akan berusaha bagaimana supaya dusun yang dihuni kurang lebih 500 hak pilih bisa menikmati air bersih.

“Saya tidak berjanji kepada bapak dan ibu. Rasanya saya seperti punya hutang jika berjanji. Mari kita sama-sama mencari jalan keluarnya, bagaimana supaya bapak dan ibu di sini bisa menikmati air bersih,“ ucap Yuhas, panggilan kesehariannya.

Yuhastihar yang juga Laksda purnawirawan TNI ini, berharap terhadap warga menerima air bersih sumbangannya. “Nanti kita sama-sama tindak lanjuti persoalan air bersih ini, “ ucap Yuhas yang juga mantan Deputi Deputi Bidang Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan Lemhanas RI ini.

Pemerintahan Desa Semambung terdapat dua dusun, yaitu Dusun Semambung dan Dusun Penumpakan. Dusun Penumpakan sendiri terdiri dari satu rukun warga, empat rukun tetangga.

Menurut keterangan warga, air sumur di dusun mereka memang sangat tidak layak untuk dibuat mandi dan minum. Tapi warga hanya menggunakan untuk mencuci saja. Itu pun tidak semua jenis pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga terpaksa membeli.

“Peristiwa ini sudah lama terjadi. Warga sudah berulang-ulang melaporkan kepada pemerintah kabupaten Sidoarjo,“ kata Suhadak ketua rukun tetangga 02.

Suhadak menyampaikan, pernah ada tanggapan dari pihak pemerintah kabupaten Sidoarjo untuk pemenuhan air bersih warga ini. Kemudian ada pemasangan pipa yang sumbernya diambilkan dari Dusun Semambung.

“Pemasang pipa itu terjadi antara tahun 2006 dan 2007, kalau tidak salah. Ini pipanya masih. Tapi belum ada satu bulan berjalan, kemudian mampet (tidak keluar air). Kemudian tidak lama ada pemberitahuan dari Puskesmas, bahwa airnya tidak layak dikonsumsi,“ tutur Suhadak.

Suhadak menduga, akibat dari sumur warga tidak berfungsi ini, tak bisa dilepaskan peristiwa Lumpur Lapindo yang terjadi sekitar tahun 2006 silam.

“Bisa juga karena itu. Tapi kampung sini persoalannya sangat dekat dengan tempat pembuangan sampah, “ ujar Suhadak.

Dugaan Suhadak dibenarkan warga yang lain, Sugiono. Ia meyakini, yang pasti terdampak dari tempat pembuangan akhir yang berda di seblah dusun tersebut.

“Dari sini kira-kira tiga kiloan di Kupang Lor. Bisa jadi kotoran sampah merembes ke sini, “ kata Sugiono.

Sugiono juga sedikit menceritakan, bahwa dulu sebelum ada tempat pembuangan akhir. Petani di Dusun Penumakan sangat makmur. Sekarang hanya padi saja yang bisa dipanen.

“Yang lainnya sudah tidak bisa. Setelah panen padi biasanya warga tanan semangka dan palawija, sekang tidak bisa. Rata-rata rusak, “ kata Sugiono.