Buwas: Indonesia Darurat Narkoba, Tak Boleh Setengah Hati Mencegah dan Membasmi Peredarannya

0
69
Mantan ketua BNN Budi Waseso (kanan) dan Narasumber lainnya dalam diskusi Indonesia Darurat Narkoba (14/03/18) yang berlangsung di Kantor DPP PAN, Jalan Senopati, Jakarta (Foto Budi Ace)

Indonesia darurat narkoba. Bayangkan, nilai uang dari narkoba yang beredar di Indonesia sepanjang tahun 2017 mencapai angka Rp 250 trilyun. Dari 72 jaringan narkoba internasional yang terkenal, 20 diantaranya memasok narkoba dan beredar di Indonesia.

Hal ini terungkap dalam diskusi, dengan panelis, Budi Waseso, mantan Kepala BNN, Roy Marten. aktor mantan pengguna narkoba dan Daeng Muhammad, Anggota Komisi III DPR RI. Acara diskusi yang berlangsung di Kantor DPP PAN, Jalan Senopati, Jakarta (14/03/18) dimoderatori oleh Yasmin Muntaz,

“Modus terbaru peredaran narkoba dalam bentuk majalah. Setiap lembar majalah, jika dilebur, bisa menjadi 2000 pil ekstasi. Ini luar biasa, Indonesia darurat narkoba, karenanya pemerintah tak boleh setengah hati mencegah dan membasmi peredaran narkoba,” tandas Buwas, sapaan akrab Budi Waseso.

Buwas mengungkapkan bahwa ia akan menghabiskan waktu dan enerjinya untuk membantu pemerintah, meskipun tak lagi menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional. Fakta lain yang mengejutkan berkaitan dengan narkoba, adalah 40 – 43 orang meninggal dunia karena narkoba setiap hari, dari 6’4 juta pengguna narkoba di Indonesia.

Dan jumlah narkoba yang beredar setiap bulannya di Indonesia sebanyak 300 ton. Sayangnya, menurut Budi Waseso, BNN tidak didukung oleh anggaran yang besar dalam kegiatannya yang mencakup, pencegahan, penindakan dan rehabilitasi pengguna narkoba.

“Saya pernah menyampaikan di depan DPR, tidak mungkin menghadapi fakta-fakta bahwa Indonesia darurat narkoba, dengan anggaran ala kadarnya,” ungkap Budi, sembari menegaskan bahwa kelemahan BNN selama ini hanya satu, anggaran kecil yang terpaksa berhadapan dengan uang besar para bandar narkoba.

Tak heran jika bandar narkoba mampu menjadikan kalangan artis sebagai jaringannya. Dan salah satu tugas BNN adalah harus memutus mata rantai yang makin meluas, melibatkan sejumlah nama artis, yang satu-satu mulai tertangkap sebagai pengguna.

Budi Waseso menyarankan agar segera dibuatkan program-program memberantas peredatan narkoba di berbagai kementerian. Semisal di Kemendiknas, diperlukan program kampanye anti narkoba yang masuk dalam kurikulum pendidikan dimulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, seharusnya pengedar dan bandar narkoba ditembak mati. Semua pihak yang terlibat narkoba harus ditindak, termasuk jika oknum anggota BNN, TNI, dan Polri terlibat.

“Dibedil aja, selesai. Karena  itu pengkhianatan kepada negara. Kalau ada anggota TNI, Polri, BNN yang terlibat langsung tembak saja,” tegas Buwas dengan nada geram.

Sementara itu Roy Marten mengatakan bahwa dari pengalamannya selama ini  bahwa peredaran Narkoba bisa terjadi dimana saja. Bahkan di lembaga Pemasyarakatan pun ada.

“Sudah jadi cerita umum kalau di Lapas juga tersedia, Saya tahu persis karena saya pernah ada didalamnya, “ kata Roy yang mengakux menggunakan narkoba karena dibohongi sebagai obat doping agar staminanya kuat dalam bekerja siang malam saat syuting film maupun sinetron.

Anggota DPR RI Daeng Muhammad menyebutkan bahwa narkoba telah menyebabkan kerusakan di sendi sendi negara. “Ini mirip perang candu. Ini sejarah yang berulang. Menghancurkan sebuah negara adalah dengan memberinya candu sebanyak banyaknya,” ujar Daeng yang juga geram dengan masih lemahnya penegakan hukum untuk kasus Narkoba.

Diskusi yang berlangsung lebih kurang 3 jam tersebut, juga dihadiri Miing Bagito yang nampak antusias mengikuti diskusi ini dari sejak awal. “Narkoba ini sepertI menyerang generasi muda sebagai akar dari Pohon Indonesia. Jika dibiarkan, Pohon Indonesia ini akan tumbang, ” ungkap Miing, yang kini menjabat sebagai salah satu Ketua DPP PAN.

Ia menyimpulkan bahwa, negara harus menggerakkan seluruh kekuatannya untuk menghalau peredaran narkoba dan memerangi para bandar narkoba dengan menggunakan anggaran yang lebih besar, jika ingin pohon ke-Indonesiaan tetap berdiri tegak.