
Paska musibah tenggelamnya kapal pengangkut TKI di Tanjung Rhu, Johor Baru Malaysia pekan lalu, Jumat (27/1/2017) lalu, masyarakat dan nelayan di Bintan menemukan 10 jenazah. Penemuan Jenazah di perairan sekitar Bintan terus bertambah dan saat ini yang sudah ditemukan 18 jenazah.
Menurut Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Hermono, 18 jenazah yang ditemukan di Perairan Bintan telah dibawa ke Rumah sakit Bhayangkara Batam untuk proses identifikasi.
“BNP2TKI segera memulangkan semua jenazah yang sudah teridentifikasi ke keluarganya masing-masing,” kata Hermono, dalam keterangan pers, Senin (30/1).
Hermono mengungkapkan, pada hari ini 3 jenazah telah berhasil diidentifikasi dan rencananya akan dikirim ke keluarga masing-masing di NTT, NTB, dan Jatim.
“Pemerintah (BNP2TKI) akan membiayai mengirimkan jenazah dari Batam ke keluarga masing-masing pada hari Selasa,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait dengan pencarian korban, kata Hermono, aparat Malaysia telah menemukan 25 jenazah dan 8 orang selamat. Dan satu dari delapan yang selamat, hari ini meninggal dunia.
“Dengan demikian, jumlah korban meninggal di Johor Bahru menjadi 26 orang dan 7 selamat. Dari 26 jenazah yg ditemukan di Johor Bahru, 10 telah teridentidikasi dan 8 diantaranya telah dikirimkam ke keluarga masing-masing, yakni 2 orang ke NTT, dan 6 ke Jatim,” jelasnya.
Hermono menjelaskan, proses identifikasi jenazah baik yang berada di Johor Bahru maupun di Batam masih terus dilakukan oleh Tim DVI di Johor Baru dan Batam.
Terkait dengan penemuan 18 jenazah di perairan Bintan, lanjut Hermono, diduga kuat terkait dengan musibah speed boat di Mersing Johor Baru. Diperkirakan, jenazah itu dari Tanjung Rhu yang terbawa arus/ombak hingga ke perairan Bintan.
Dengan ditemukannya korban di Mersing dan di Bintan, lanjut Hermono, maka sebenarnya speed boat tersebut membawa lebih dari 40 menumpang sebagaimana diperkirakan semulai. Fakta ini juga mempekuat dugaan bahwa penyebab kapal tenggelam adalah akibat kelebihan penumpang dan cuaca buruk.
Hermono menegaskan, perlu juga ditekankan bahwa musibah ini terus berulang dengan jatuh korban manusia dalam jumlah besar.
“Oleh karenanya masalah penyelundupan manusia dari dan ke Malaysia perlu perlu ditangani lebih serius dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait untuk menghentikan tragedi kemanusiaan yang terus berulang,” tandasnya.