Tiap liburan dan tiap tahun, Pantai Selatan kerap minta korban. Anggapan warga setempat menyebut hal itu karena dendam dan amukan Ratu Penguasa Laut Selatan. Hingga saat ini, legenda Nyi Roro Kidul masih dipercaya banyak kalangan. Anehnya, kebanyakan korban adalah wisatawan domestik berusia muda, sekitar 15 – 28 tahun.
Pantai Laut Selatan memang menjadi daya tarik tersendiri karena keindahan panorama bentang alam pantai, serta sensasi deburan ombak yang setiap saat bisa bergulung besar.
“Kebanyakan yang menjadi korban pemuda disini (red. Pantai Selatan) berusia muda. Dan, kejadian selalu ada di tiap liburan,” tutur Doni Kurniawan, warga Karanghawu, Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi kepada indeksberita.com, Senin (11/7/2016).
Arus Pantai Laut Selatan memang terkenal ganas dan tidak terduga. Ombak yang semula tenang, seketika bisa menjadi gulungan yang membesar dan berpotensi meminta tumbal.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya melalui keterangan tertulisnya, Minggu (10/7/2016), sebelumnya sudah memperkirakan potensi hujan lebat dan gelombang tinggi di Pantai Selatan akan terjadi sampai Kamis (14/7/2016) mendatang.
“Kondisi dinamika atmosfer diprediksi akan terjadi hujan lebat disertai kilat atau petir, khususnya di Selatan Jawa hingga NTT. Sehingga masyarakat agar waspada,” tukasnya.
BMKG juga memprediksi ketinggian gelombang air laut bisa mencapai mencapai 2 hingga 4 meter di perairan Selatan Jawa. Kondisi ini cukup berbahaya bagi kapal nelayan dan juga masyarakat yang sedang berlibur.
“Kami minta Masyarakat juga berharap berhati-hati karena gelombang tinggi di wilayah Pesisir Selatan Jawa cenderung meningkat pada sore hingga malam hari,” ujar Andi.
Pada bagian lain, Sekretaris Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Sukabumi, Yanyan Nuryanto menyebutkan, rata-rata dari korban tenggelam merupakan wisatawan yang tak mengindahkan imbauan agar tak berenang di zona terlarang.
“Adapun musibah yang sampai merenggut nyawa wisatawan karena korban terlalu banyak kemasukan air laut,” jelasnya.
Sebagai informasi, penjelasan ilmiah yang dihimpun redaksi, di Pantai Selatan, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal yang bertiup kencang, khususnya saat musim barat, akan menimbulkan ombak besar.
Di tempat-tempat tertentu, penggabungan antara gelombang swell dengan gelombang angin lokal seperti di Cimaja, Pelabuhanratu, atau di Karangbolong, Surade dapat terbentuk ombak setinggi 2 – 3 meter.
Secara rekonstruktif diperkirakan, peristiwa terseretnya korban yang sedang berenang, diawali dengan hempasan dan gulungan ombak cukup kuat sehingga arus putar pecahan ombak membuat korban terpental ke dasar laut. Hantaman ombak menyebabkan kepanikan sehingga koordinasi gerak tubuh menjadi kacau. Benturan kepala dengan benda keras pun dapat terjadi.
Di Pantai Selatan Sukabumi, tercatat sedikitnya 17 wisatawan digulung ombak ketika berlibur ke kawasan Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, sepanjang libur Lebaran. Mereka digulung ombak laut ketika tengah berenang.
Enam korban yang dinyatakan meninggal dunia adalah M Iskan (13) warga, Suherlan (16), Kiki Riyadi (17), Dede (13), Inta (35), dan M Andiyan Kaspari (14). Keenam korban tersebut merupakan warga Bekasi.
Sementara, Minggu (10/7/2016), pukul 17.30 WIB, dua korban hilang di Pantai Istiqomah, Desa Citepus, Palabuhanratu yakni M. Andiyan Kaspari (14), baru diketemukan. Sementara, Mahfudi (16) warga Jampung Jampang Desa Warnaherang, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan Nardi (19) warga Kampung Tangkil Desa Gunung Ndut Kabupaten Sukabumi yang hilang di Pantai Kalapa Condong Desa Citepus masih belum ditemukan.
“Lebaran tahun ini banyak yang kegulung ombak. Anehnya usianya kebanyakan remaja. Tahun lalu sekitar 6 orang. Kebanyakan yang jadi korban pantai selatan ini pendatang. Kalau mitosnya sih orang menghubung-hubungkan dengan Nyi Roro Kidul. Tapi, kabarnya di dasar pantai banyak karang dan dataran yang tidak rata,” ujar Yan Sofyan (35), warga Citepus kepada indeksberita.com.
Larangan berenang di pantai sebenarnya sudah diperingatkan petugas dengan memberi tanda bahaya bendera merah. Namun, banyak pengunjung yang mengabaikannya.
“Sudah diingatkan agar wisatawan tidak nekat berenang di lokasi yang diberi tanda bahaya karena lokasi tersebut tidak layak untuk dijadikan area mandi apalagi berenang. Sebab, Pantai Selatan, Kabupaten Sukabumi memiliki arus bawah yang deras dan bisa membahayakan,” ujar Kapolres Sukabumi AKBP Mokhamad Ngajib.
Sebagai informasi, sebelumnya Kamis, (7/7/2016), tiga wisatawan asal Kampung Rawa Lilih, Bintaro, Jakarta yakni Budi Wibowo (60), Bayu Wono (33), dan Sandi Setiawan (20) juga terseret arus Pantai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Beruntungnya, korban bisa diselamatkan petugas. (eko)