Di sebuah kafe di Dili Timor Leste ada acara nonton bareng sepakbola Piala Eropa. Saat itu kesebelasan Belanda melawan Portugal. Dua orang, Timor Leste dan Indonesia ikut menonton. Mereka mendukung kesebelasan yang berbeda. Anehnya, orang Timor Leste mendukung kesebelasan Portugal, sementara orang Indonesia mendukung kesebelasan Belanda. “Masak kamu mendukung bekas penjajah,” kata orang Indonesia. “Lha, kamu juga mendukung bekas penjajah,” jawab orang Timor Leste.
Hubungan antara Belanda dan Indonesia memang istimewa. Menurut kolomnis Ibrahim Isa, hubungan Indonesia-Belanda itu ibarat Love and Hate Relation. Sejarah mencatat Belanda pernah menguasai Kepulauan Nusantara dan menjajah Indonesia. Namun, kepala negara kedua bangsa, tak sering saling mengunjungi. Sejak Indonesia merdeka, hanya tiga Presiden RI yang berkunjung ke Belanda. Presiden Soeharto ke Den Haag pada tahun 1970, lalu Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000, dan terakhir Presiden Joko Widodo pada 2016.
Salah satu penyebab Presiden RI jarang berkunjung ke Belanda adalah karena di negeri itu masih gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Mari kita simak kisah tiga presiden saat berkunjung ke Negeri Tulip tersebut.
***
Presiden Soeharto dan rombongan. Pada Rabu 2 September 1970, bertolak ke Belanda. Keberangkatan harusnya 1 September ditunda 24 jam. Karena RMS membuat ulah. Kediaman Resmi Taswin Natadiningrat, Duta Besar RI untuk Belanda di Den Haag sudah diduduki sekumpulan pemuda RMS.
Bukan Soeharto kalau ciut nyali. Ia tetap memutuskan berangkat. Dengan pesawat Garuda Indonesia Airways (GIA), Presiden dan Nyonya Tien Soeharto beserta 36 rombongan tiba di wilayah udara Belanda. Kedatangan pesawat itu langsung dikawal delapan pesawat tempur Starfighter AU Belanda untuk mendarat di bandar udara militer Ijpenburg yang tak jauh dari Kota Den Haag.
Soeharto disambut 12 kali dentuman meriam. Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard, Perdana Menteri De Jong, dan anggota kabinet menyambut Soeharto dan rombongan. Dari situ Soeharto diangkut dengan helikopter. Selama satu hari, pemerintah menetapkan Den Haag sebagai kota tertutup. Demonstrasi anti Soeharto tetap digelar oleh RMS. Namun Soeharto berhasil melakukan pembicaraan dengan pemerintah Belanda, meski hanya satu hari berada di Belanda.
Bagi Soeharto, yang pernah memimpin pendudukan kota Yogyakarta selama enam jam saat dikuasai Belanda 1 Maret 1949, ancaman bahkan pendudukan KBRI sudah terjadi. Tapi Soeharto tak gentar dan tetap melawat ke Belanda. Pemerintah Belanda pun menjamin keamanan 100 persen sang Tamu Agung, bahkan sampai menutup kota Den Haag yang sibuk itu. Saat itu Soeharto baru menjabat tak lebih dari empat tahun. Ia berhasil mencairkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Belanda yang sempat kikuk.
***
Presiden Abdurahman Wahid saat masih menjadi aktivis LSM sering mengunjungi Belanda. Bagi aktivis Indonesia, ada dua rumah yang sering menjadi tumpangan saat di negeri kincir angin itu. Pertama rumah Aboeprijadi Santoso, di pusat kota Amsterdam. Tossi, demikian Aboeprijadi Santoso akrab dipanggil, adalah wartawan senior Radio Netherland. Kedua, rumah keluarga aktivis Hak Asasi Manusia Rafendi Djamin di Almere, agak luar kota Amsterdam. Gus Dur sering menginap di rumah Tossi.
Pada 3 Februari 2000 Presiden Abdurrahman Wahid diterima oleh Ratu Beatrix. Setelah itu, di Wisma Duta, Gus Dur bertemu masyarakat Indonesia di Belanda. Gus Dur menekankan masalah-masalah Aceh, Maluku, Papua dalam proses penyelesaiannya. “Kita tidak usah khawatir, kita mampu menyelesaikan semua soal-soal itu, “ kata Gus Dur. Menurut Gus Dur, orang-orang yang menimbulkan kekacauan itu kecil jumlahnya. Kyai presiden itu menggarisbawahi pentingnya memusatkan perhatian pada masalah pembangunan ekonomi. Adalah penting menggiatkan usaha kita agar para investor luar negeri bersedia ambil bagian dalam pemulihan dan perkembangan ekonomi kita. Itulah alasannya Gus Dur rajin mengadakan kunjungan ke banyak negeri.
Bukan Gus Dur kalau tak ada humor. Dalam Journal TV yang menyiarkan pidato Gus Dur ketika dijamu Beatrix, tidak ketinggalan ia mengeluarkan guraunya. Ketika itu Gus Dur mengatakan bahwa ia minta maaf kepada kesebelasdan sepakbola Ajax dan Feyenoord, karena selama ini dirinya mendukung PSV Eindoven. Semua orang Indonesia paham mengapa sepakbola negeri kita tidak maju, “Itu karena dulu kita dijajah VOC, bukan Ajax Amsterdam!”
***
Apa yang mau ditulis tentang kunjungan Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda? Baik inilah detik-detik pembatalan kunjungan pada tahun 2010 itu.
Keputusan Presiden SBY membatalkan kunjungan kenegaraan ke Belanda yang sudah dirancang sejak 2007 adalah sangat mendadak. Sangat mendadak, karena pesawat sudah siap dan semua kru serta sebagian rombongan sudah berada di atas pesawat. Tiba-tiba SBY membuat konferensi pers pembatalan keberangkatn tersebut. Muhammad AS Hikam, mantan seorang menteri era Gus Dur menulis, Museum Rekor MURI perlu mencatat peristiwa di Bandara Halim Perdana Kusuma itu sebagai penundaan kebarangkatan ke luar negeri oleh Presiden RI yang paling mendadak dalam sejarah Republik.
Keputusan SBY ini luar biasa. Hal ini dipicu kabar sekelompok pendukung RMS yang menunggu kedatangan SBY dengan sebuah sambutan yang dapat membuat martabat bangsa dan negara RI tercoreng. Mereka menuntut agar SBY ditangkap oleh aparat dengan tuduhan pelanggaran HAM. Pada hari kedatangan SBY, di Pengadilan Den Haag juga digelar proses peradilan tuntutan RMS terhadap Pemerintah RI, cq Presiden SBY, yang dianggap telah melanggar HAM di Maluku.
***
Mari kita sambut kunjungan Presiden Joko Widodo ke Belanda. Negeri Oranye itu akan menjadi negara terakhir yang dikunjungi Presiden Jokowi dalam lawatannya ke Uni Eropa pada 18-22 April 2016. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama kali seorang pemimpin Indonesia ke negeri Kincir Angin itu setelah 16 tahun. Sebelumnya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, adalah Presiden RI keempat terakhir yang berkunjung ke Belanda.
“Ini adalah lawatan pertama setelah 16 tahun lalu. Ada misi khusus yang dibawa. Angka statistik, investasi, pariwisata, dan kerja sama sektor lain menunjukkan hubungan kita dengan Belanda sangat kuat,” kata Menlu Retno LP Marsudi, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Senin, 11 April 2016. Presiden Jokowi dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Schiphol, Belanda pada hari terakhir kunjungannya di Eropa, yakni 22 April 2016.
Mantan Dubes Indonesia untuk Belanda itu menegaskan, hubungan antara Indonesia dan Belanda terus diperkuat dari tahun ke tahun. Sebelum ke Belanda, Presiden Jokowi dijadwalkan mengunjungi sejumlah negara, yaitu Jerman, Inggris, dan Belgia. Angka perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa pada 2015 sebesar US$26,14 miliar. Sementara itu, nilai investasi mencapai US$2,26 miliar serta angka wisatawan Uni Eropa ke Indonesia sekitar satu juta orang tiap tahunnya.
***
Tentang komentar terhadap empat Presiden RI, saya hanya bisa menulis salam sebuah lelucon berikut ini:
Belanda Masih Jauh:
Intelejen: “Pak, RMS mau tembak bapak”
Soeharto: “Aku ora wedi!”
BIN: “Gus, RMS mau demo besar-besaran”
Gus Dur: “Gitu aja kok repot. Saya lebih percaya wartawan Indonesia di Belanda….”
BIN: “Pak, bapak mau ditangkap RMS”
SBY: “Saya batalkan kunjungan ke Belanda”
BIN: “Pak. RMS mau demo bapak”
Jokowi: “He he he saya lebih percaya Bu Menlu. Beliau mantan dubes Belanda. Aku ora wedi”