Kreatifitas seni anak muda Bali semakin menggeliat, kali ini datang dari belahan utara Bali tepatnya di kota Singaraja. Tiga anak muda Aristiana Jack (vocal, gitar), Konot (Vocal, Gitar), Pande Narwastu (Vocal, Cajon) yang tergabung dalam band Relung Kaca, dalam waktu dekat akan meluncurkan album perdana mereka yang bertajuk ‘Pang Ping Pung’.
Kegiatan tersebut didukung oleh berbagai komunitas seperti, Yayasan Manik Bumi, Walhi Bali dan banyak musisi Bali lainnya. Mereka akan menggelar peluncuran album di dua kota, yakni, Singaraja pada Kamis, 19 Januari 2017. Dan yang ke dua di Kota Denpasar, Minggu 22 Januari 2017.
Proses pengerjaan album ini sudah dimulai dari awal tahun 2016, namun akibat banyak kendala, baru bisa diluncurkan pada tahun ini. Prosesnya cukup berat karena band ini bermarkas di Singaraja, sedangkan rekaman di Denpasar, sehingga mereka mesti bolak – balik Singaraja ke Denpasar, untuk menyelesaikan album ini. Dukungan dari banyak pihaklah yang membuat mereka dapat menuntaskan album ini.
Relung Kaca sendiri secara harfiah tumbuh berkembang dari aktifitas lingkungan hidup. Proses karya mereka mengalir dari aktifitas pergulatan keseharian mereka. Tak ayal lagu mereka erat dengan masalah sosial, kemanusiaan dan lingkungan hidup.
Album ‘Pang Ping Pung’ ini secara keseluruhan akan mengurai maslah tersebut dalam lantunan lagu. Aristiana Jack, personil yang bertugas sebagai vocal dan gitar mengatakan, sedari awal berdiri, banyak sahabat dan komunitas yang mendukung mereka dalam berkarya.
“Selama setahun kami berproses untuk album ini, banyak yang mendukung kami, mulai dari Yayasan Manik Bumi hingga Antida Musik. Akhirnya lahirlah album perdana kami ini. Kinipun dalam peluncuran album kami tetap dibantu total,” ujarnya dalam rilis yang diterima indeksberita.com di Jakarta, Rabu (18/1).
Selanjutnya, Aristiana Jack menjelaskan, album tersebut berisi 5 lagu, mengulas kegelisahan kami atas situasi ekologi yang semakin menurun. Lagu-lagu itu berjudul: Nyanyian Kecil untuk Sawah, Proses Bijak, Saudara Satu Rasa, Unfairness, Sekedar Romansa.
Secara khusus keprihatinan dalam lagu ini atas sawah di Bali yang semakin tergerus industri pariwisata, kami lantunkan melalui lagu ‘Nyanyian Kecil untuk Sawah’.
“Sawah yang semakin terhimpit, petani yang semakin merana, padahal sejatinya sawahlah yang melahirkan budaya Bali yang adiluhung. Budaya agraris yang bersumber pada tanah dan air,” imbuh Jack.
Tajuk album ‘Pang Ping Pung’ sendiri diambil dari reffrain salah satu lagu mereka yang berjudul Proses Bijak. Dalam reff lagu itu, Relung Kaca memasukan lagu rakyat Bali yang berisikan kata ‘pang ping pung’. Secara esensial lagu itu bermakna mengingatkan manusia agar menjaga alam demi keberlangsungan hidup umat manusia. Menjauhkan watak koruptif dalam pengelolaan lingkungan hidup agar berkeadilan.
Selain itu, Konot menambahkan, banyak yang bertanya tentang esensi ‘Pang Ping Pung’ sebagai tajuk Album ini. Sederhananya ‘Pang ping pung’ kami comot dari reff salah satu lagu kami, yaitu lagu ‘Proses Bijak#. Lagu yang sebenarnya juga kami ambil dari lagu rakyat Bali.
“Maknanya, agar setiap manusia dalam menjaga alam terutama penguasa agar menjauhkan diri dari tindakan korupsi. Dengan cara itu maka pengelolaan ekologi akan berkeadilan. Sesungguhnya lagu-lagu kami adalah senjata kami dalam memperjuangkan lingkungan hidup,” ujar Konot menambahkan.
Menariknya, peluncuran album dari band beraliran Folk yang berdiri sejak tahun 2013 ini, diwarnai dengan aksi sosial, berupa acara bersih-bersih pantai, tepatnya di pantai Indah Singaraja. Acara itu dilakukan sore hari beberapa jam sebelum pentas musik digelar di Sasana Budaya. Kegiatan tersebut dilakukan bersama musisi papan atas seperti JRX SID & Sony Bono, juga band dari Singaraja seperti, Rastapara Cetamol, Pakulima, Mata Jendela dan seni tradisional berupa Bondres Rarekual.
Sedangkan di Kota Denpasar akan di gelar di Rumah Sanur besamaan dengan malam Banyu Pinaruh, Peluncuran Album Pang Ping Pung akan di gelar di Rumah Sanur. Pada bagian ini akan dipenuhi dengan nuansa Folk karena akan dimeriahkan oleh musisi folk seperti Dadang Pranoto, Made Mawut & the Stomp, Sandrayati Fay, Mata Jendela, Igo & the Blado’s. Dan pada puncak acara Relung Kaca akan tampil bersama dengan pemain terompet kenamaan, Rio Sidik.
Di kedua tempat acara tersebut akan diputarkan video Klip hits dari Relung Kaca, yakni; Nyanyian Kecil Untuk Sawah yang digarap oleh Sutradara Erick Est dan tim estmovie. Uniknya sampai berita ini ditulis, para personil Relung Kaca sama sekali belum menonton video tersebut sehingga pemutarannya nanti akan menjadi kejutan tersebdiri bagi mereka.
Pande Narwastu mengatakan, sebagai band yang baru tumbuh, apalagi tumbuh di Bali Utara, pihaknya patut bergembira, karena peluncuran album, kami banyak dibantu oleh musisi dan seniman yang notabene sudah lama berkecimpung di industri musik. Dalam peluncuran album ini sekaligus ada pemutaran video klip lagu kami yang dikerjakan oleh Erick Est.
“Kami sangat antusias karena sampai sekarangpun Kami belum melihat hasilnya. Ini akan menjadi acara yang menegangkan dan akan menjadi kejutan bagi Kami,” ujar Pande Narwastu, pemain Cajon Relung Kaca.
Luh Gede Juli Wirahmini, pendiri Yayasan Manik Bumi sekaligus produser Album Relung Kaca menambahkan, agenda peluncuran album di 2 kota ini adalah cermin Nyegara Gunung. Nyegara Gunung sendiri berarti pertalian antara Utara dan Selatan, sebuah simbol solidaritas.
“Kami sangat bergembira dengan dukungan ini. Semua dilakukan dengan gotong royong. Kami merasa terhormat, semoga album dari Relung Kaca bisa memperkaya warna musik di Bali dan dapat menjadi pembawa pesan agar lingkungan hidup dijaga demi kemanusiaan,” tutupnya