Makmur Hasugian, ayah Ivan Armadi Hasugian, tersangka percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Doktor Mansur Medan, Sumatera Utara, Ahad 28 Agustus 2016, tak kuasa menahan sedih. Dia menangis sambil memohon maaf kepada masyarakat Sumatera Utara dan umat Katholik atas perbuatan anaknya.
“Kami mohon maaf kepada warga Sumatera Utara, umat Kristen terutama umat Katholik atas ulah anak saya yang membuat perasaan antar umat beragama jadi terluka.” kata Makmur, didampingi istrinya Arista Boru Purba di Kantor Perhimpunan Advokat Indonesia Cabang Medan, pekan lalu.
Makmur mengatakan, peristiwa yang membuat perasaan Umat Katolik jadi terluka akibat ulah anaknya tidak diinginkan oleh keluarga mereka.
“Kami sekeluarga tentu tak menginginkan itu terjadi. Kami sangat malu dan memohon maaf atas perbuatan anak kami Ivan,” kata bekas Advokat itu.
Kepada indeksberita, Â diceritakan perilaku Ivan sebelum kejadian upaya bom bunuh diri tersebut. Ahad 28 Agustus 2016, Ivan Armadi Hasugian remaja yang belum genap 18 tahun itu terbangun dari tidurnya. Dia menunaikan sholat subuh di masjid dekat rumahnya di Jalan Setia Budi Gang Sehati, Tanjung Sari Medan. Ivan memang dikenal pribadi yang taat ibadah.
“Sholat lima waktunya tak pernah tinggal. Ivan selalu memakai jubah kalau sholat,” kata Makmur, Sabtu 3 September 2016.
Usai sholat, Ivan bergegas kembali ke rumah. Di dalam kamar pribadinya, Ivan menyusun beberapa benda ke dalam tas ransel berwarna cokelat. Sekitar pukul 06.30 WIB Ivan pamit kepada ibunya dengan alasan memperbaiki ritsleting ransel cokelat yang ia pakai itu.
“Saya sempat tanya Ivan mau kemana sepagi itu. Tapi Ivan menjawab ingin memperbaki ritsleting ranselnya yang rusak. Ivan juga bilang akan singgah di Indomaret Pasar II Tanjung Sari menemui seseorang sambil men-down load game sebelum memperbaiki ransel,” timpal Arista boru Purba.
Tak curiga kepada Ivan, Arista mempersilakan putra bungsunya itu berangkat. Menunggangi sepeda motor bebek, dia menembus pagi. Arista pun menutup pintu dan kembali tidur. Ahad pagi itu tak ada yang aneh. Sampai kemudian pukul 09.30 WIB pintu rumah keluarga Hasugian diketuk.
“Saat buka pintu ada polisi berjejer dihadapan saya. Saya sangat terperanjat mendengar penjelasan polisi,” kata Arista. Sejurus kemudian Arista membangunkan suaminya.
“Tak mungkin anak kami Ivan membawa bom,” kata Arista mencoba meyakinkan polisi.
Setelah membuka televisi, Arista dan Makmur baru percaya ada percobaan bom bunuh diri Gereja Katolik Stasi Santo Yosep. Dan pelakunya adalah Ivan Armadi Hasugian. Belum sempat berfikir setelah menonton televisi, polisi menyodorkan surat penggeledahan kehadapan Arista.
“Kami pun pasrah rumah digeledah termasuk kamar tidur Ivan dan kamar tidur saya dan suami,” kata Arista.
Hampir 2 jam menggedah, polisi membawa 3 unit laptop dan beberapa batang pipa serta aneka jenis kabel dan alat pemicu bom atau detonator serta buku mengenai robot.
Demikian cerita orang tua Ivan mengenai proses yang dilakukan polisi setelah terjadi upaya bom bunuh diri yng dilakukan anaknya kepada indeksberita.com
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.