“Kalau itu jadi dilepas oleh Rusia, Indonesia adalah negara pertama di luar Rusia yang mendapatkan Sukhoi 35”
Jakarta – Pesawat Sukhoi 35 (Su-35) buatan Rusia disebut-sebut akan menjadi bagian dari kekuatan tempur TNI Angkatan Udara Indonesia.
Kapan waktunya, memang belum dapat dipastikan. Yang pasti, untuk mendapatkan pesawat itu bukanlah perkara mudah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, negosiasi intensif terus dilakukan dalam diplomasi antara Indonesia dengan Rusia.
Hingga saat ini, belum ada satu negara pun selain Rusia, yang menggunakan pesawat tempur nan canggih itu.
“Kalau itu jadi dilepas oleh Rusia, Indonesia adalah negara pertama di luar Rusia yang mendapatkan Sukhoi 35,” demikian ungkap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, di Jakarta, Kamis (26/5/2016).
Apa sih hebatnya pesawat ini?
Dari berbagai sumber sebagaimana dirangkum laman wikipedia, Sukhoi Su-35 (Kode NATO: Flanker-E) adalah pesawat tempur multiperan, kelas berat, berjelajah panjang, dan bertempat duduk tunggal.
Pesawat ini dikembangkan dari Su-27, dan awalnya diberi nama Su-27M. Pesawat ini dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F16 Fighting Falcon buata Amerika Serikat.
Karena kesamaan fitur dan komponen yang dikandungnya, Su-35 dianggap sebagai sepupu dekat Sukhoi Su-30MKI, sebuah varian Su-30 yang diproduksi untuk India.
Pesawat tersebut merupakan seri Flanker terakhir dan merupakan pengisi kekosongan generasi antara generasi 4 dan generasi 5, bisa dimasukkan dalam generasi 4++.
Su-35 perdana kemudian dikembangkan lagi menjadi Su-35BM, yang memasuki deretan produksi sebagai Su-35S. Angkatan Udara Rusia saat ini mengoperasikan 12 pesawat tempur Su-35 sejak tahun 2008.
Selain diderivasikan dari Su-27, Su-35 juga merupakan varian “ground-baed” dari Su-33. Ketika AU Rusia tetap memakai nama Su-27M, Sukhoi mengubah nama pesawat ini menjadi Su-35 dengan harapan dapat menarik perhatian konsumen asing.
Desain Su-35 sangat identik dengan Su-27 tetapi memakai canard (sayap utama dan permukaan kontrol horisontal di hidung pesawat, atau di sebut “tail first” aircraft) seperti Su-33 dan menggunakan mesin yang lebih bertenaga, ditambah sistem “fly-by-wire” digital baru. Su-35 juga dilengkapi dengan sebuah radar multi-mode baru, detektor inframerah, dan senjata yang telah di-upgrade.
Sebelumnya, pengembangan Su-35 mengalami banyak penundaan karena terpuruknya perekonomian Soviet, dan pihak militer Rusia memilih untuk tidak membeli satupun. Sukhoi selanjutnya memakai 11 pesawat demonstrator untuk menarik konsumen asing dalam rangka mencari dana untuk produksi massal.
Konsumen asing yang semula sangat tertarik adalah Brazil. Negara itu menginginkan ko-produksi pesawat ini untuk menggantikan Mirage III dan Su-35 dianggap lebih unggul dari Mirage 2000, Gripen, dan F16. Persetujuan hampir saja terjadi pada November 2004, tetapi Brazil akhirnya menolak karena tingginya biaya.
Rusia kemudian menawarkan pesawat Su-27 bekas kepada Brazil sebagai alternatif yang lebih murah, tetapi Brazil malah membeli 12 Mirage 2000 (bekas) dari Perancis.Keputusan Brazil membuat program Su-35 berakhir dan setelahnya Sukhoi hanya mendapatkan sukses kecil dalam memperoleh konsumen lain.
Harapan sempat kembali muncul ketika Venezuela menyatakan ketertarikannya, tetapi akhirnya negara itu pun memilih varian Su-30. Kebijakan Venezuela ini didasari kepentingan politik karena AS menghentikan dukungan teknologi atas F-16 milik Venezuela.
Namun, pada 2007, Sukhoi mengumumkan bahwa Su-35 mulai diproduksi masal untuk AU Russia. Versi produksi ini kemudian lebih dikenal sebagai Su-35BM dengan mesin yang lebih bertenaga, “2d thrust vectoring nozzle” yang telah dikembangkan dan “air intake” yang lebih besar.
Su-35BM tidak memakai canard seperti purwarupanya, tetapi canard ini dapat dipasang sesuai keinginan konsumen. Upgrade lain termasuk radar yang lebih canggih, kokpit, kompabilitas dengan senjata tambahan dan pemakaian alat elektronik terbaru.
Inilah karakteristik umum dan spesifikasi pesawat tempur Su-35 itu.
Karakteristik umum
Kru : 1
Panjang : 21,9 m
Lebar sayap : 15,3 m
Tinggi : 5,90 m
Luas sayap : 62,0 m²
Berat kosong : 18.400 kg
Berat terisi : 25.300 kg
Berat maksimum lepas landas : 34.500 kg
Mesin: 2× Saturn 117S dengan turbofan TVC
Dorongan kering: 8.800 kgf (86,3 kN) masing-masing
Dorongan dengan afterburner: 14.500 kgf masing-masing
Kinerja
Kecepatan maksimum: Mach 2,25 (2.390 km/h
Jarak jangkau : 3.600 km; (1.580 km di atas daratan)
Jarak jangkau : 4.500 km dengan tangki bahan bakar tambahan
Batas tertinggi : 18.000 m
Laju panjat : >280 m/s
Beban sayap : 408 kg/m²
Dorongan/berat : 1,1
Persenjataan
1 × 30 mm Kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 peluru
2 × rel ujung sayap untuk Rudal udara ke udara R-73 (AA-11 “Archer”) atau poda ECM
12 × stasiun rangka dan sayap untuk sampai 8.000 kg artileri, termasuk Rudal udara ke udara, Rudal udara ke darat, Roket, dan Bom seperti: Vympel R-27 (R-27R, R-27ER, R-27T, R-27ET, R-27EP, R-27AE), Vympel R-77 (R-77, dan R-77M1, R-77T), Vympel R-73 (R-73E, R-73M, R-74M), Kh-31 (Kh-31A, Kh-31P-rudal anti-radiasi), Kh-35: Kh-59, Kh-29 (Kh-29T, Kh-29L), Bom terpandu laser KAB-500, Bom terpandu laser KAB-1500, Bom terpandu laser LGB-250, 250 kg bom tak-terpandu FAB-250, 500 kg bom tak-terpandu FAB-500, Roket terpandu laser S-25, roket tak-terpandu S-250, Poda roket tak-terpandu S-8, Poda roket tak-terpandu S-13.
Avionik : Irbis-E PESA
Dengan spesifikasi canggih seperti itu, pantas saja bila Indonesia begitu serius untuk mendapatkannya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pun mengonfirmasi bahwa Pemerintah Indonesia berniat membeli 10 unit pesawat tempur jenis Su-35, untuk menganti pesawat F-5 Tiger yang akan dipensiunkan. Prosesnya masih dalam pembahasan.
Ryamizard mengatakan bahwa pembelian ke-10 Su-35 untuk TNI-AU tersebut tidak akan dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Kabarnya, pesawat itu akan datang sebelum tahun 2019.
Apakah jadi datang? Kita tunggu saja.