Jakarta – Dampak beroperasinya angkutan umum plat hitam yang menggunakan jasa aplikasi mulai dirasakan oleh para sopir angkutan reguler seperti Bajaj.
Dalam pantauan indeksberita.com di beberapa lokasi pangkalan Bajaj, rata-rata mereka mengeluh karena sepinya penumpang dan turunnya omset harian.
Yasin, sopir Bajai yang sudah sepuluh tahun lebih mangkal di pintu masuk Taman Hiburan Lokasari membenarkan perihal menurunnya omset harian para sopir bajaj.
“Setelah ada angkutan oneline yang plat hitam itu pendapatan kami berkurang, biasanya saya bisa bawa uang ke rumah 50 sampai 90 ribu tapi sekarang buat setoran aja susah,” ujarnya
Lebih jauh Yasin menjelaskan, dirinya bingung dengan sikap pemerintah yang katanya mengistimewakan angkutan plat hitam berbasis aplikasi padahal angkutan itu tidak dilengkapi ijin resmi.
“Saya bingung sama pemerintah. Kami kan Bajaj ada uji kir dan surat-surat lainnya, sementara mereka kan nggak ada izin seperti itu tapi kenapa pemerintah malah mendukung mereka,” keluh Yasin
Keluhan Yasin juga dibenarkan oleh Sartawi alias Tawik, sopir Bajaj pangkalan Pasar Baru, Tawik menegaskan, sebagai orang kecil dirinya tidak faham aturan, namun dirinya tahu bahwa Bajai bayar retribusi resmi pada saat pengurusan surat-surat kelengkapan kendaraan angkutan umum, berbeda dengan angkutan plat hitam yang cuma modal STNK.
“Ini saya kan orang kecil tidak tahu apa- tapi saya kan tahu kalo kalo surat-surat Bajai ini diurus bayar retribusi resmi ke pemerintah selain STNK kami ada KIR dan lain lain. Sementara modal mereka cuma perpanjang STNK,” tandas Tawik
Dalam kaitan ini Tawik berharap pemerintah bisa memberikan solusi terutama dalam hal penyesuaian tarif. Dia mengibaratkan bahwa angkutan reguler dan plat hitam ini seperti diadu secara tidak adil. Angkutan reguler diikat tangan dan kakinya lewat perizinan tapi yang plat hitam dibiarkan bebas.
“Sopir angkutan plat kuning ini diadu sama yang plat hitam. Bedanya kami yang plat kuning atau reguler diikat aturan sementara mereka bebas aja dampaknya pada tarif yang tidak sehat karena apapun kami keluarkan modal buat ngurus perizinan,” pungkasnya.