Amblasnya Jalan Akibatkan Aktifitas Masyarakat Sebatik Terhambat

0
44
Badan Jalan yang longsor di Sebatik pada Rabu (26/12/2018). Akibat terputusnya akses transportasi ini, ribuan masyarakat Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara terkendala dalam aktivitasnya.

Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Nunukan pada Rabu (26/12/2018) mengakibatkan badan jalan di Bukit Keramat, Kampung Loudres, Kecamatan Sebatik Barat, Nunukan, Kalimantan Utara longsor sehingga aktifitas ribuan masyarakat Sebatik, Pulau yang separuh wilayahnya berbatasan langsung dengan Sabah-Malaysia tersebut nyaris lumpuh.

Kamal, seorang warga Sebatik menuturkan bahwa kondisi jalan selama ini memang sangat memprihatinkan. Permukaan badan jalan sangat menghawatirkan karema terlihat retak dk beberapa ruasnya. Dan puncaknya, menurut Kamal, Rabu malam badan jalan tersebut longsor sehingga mulai Kamis (27/12/2018) masyarakat tak dapat lagi melewati jalan yang selama ini menjadi sarana vital masyarakat Sebatik tersebut.

“Selama ini memang sudah Parah. Pincaknya ya semalam tadi, lonsor sehingga masyarakat harus memutar haluan sekitar 60 kilo meter lewat jalan alternatif kalau ingin beraktivitas,” paparnya.

Longsornya badan jalan di Sebatik tersebut juga menjadi sorotan Sekretaris Jenderal Indonesia Pilar Institute Syafaruddin Thalib. Pria yang juga sebagai salah satu Tokoh Perbatasan itu meminta agar Pemerintah Daerah cepat tanggap mengingat putusnya jalan tersebut akan sangat berdampak pada roda perekonomian masyarakat.

“Harus segera ada perbaikan sementara. Karena dampaknya adalah ribuan masyarakat yang tentu sangat dirugikan,” tutur Syafar kepada Pewarta , Kamis (27/12/2018) di Sebatik, Nunukan.

Solusi dari Pemerintah Daerah terkait putusnya jalan itu harus segera diambil menurutnya sambil menunggu kebijakan lebih lanjut dari Pemerintah Pusat. Karena dengan memutar haluan sekitar 60 Km, Syafar bukan hanya menghawatirkan imbas perekonomian masyarakat namun juga terkait keselamatan.

“Kerugian masyarakat dalam hal aktivitas itu pastk. Tapi yang menghawatirkan adalah kalau ada masyarakat yang sakit dan perlu mengapat pertongan darurat, bagaimana akan tertolong apabila harus menambah waktu perjalanaan karena harius memutar sekitar 60 kilometer?,” tukasnya.

Selain itu, Syafar juga memint kepada Pemerintah Pusat agar mendesain secara khusus terhadap pembanguna jalan yang rawan lonsor kerusakan lain terkait cuaca. Apalagi insfratruktur di Perbatasan tak lepas dari jargon Nawacita yang menurutnya sangat jelas di poin ketiga dari Nawacita itu adalah membangun dari pinggiran.

“Harus dibikin rancangan khusus serta harus dikerjakan oleh kontraktor yang benar-benar bonavide. Sebatik ini salah satu wajah dari negara Indonesia lho. Tentu harus bisa bersaing dengan Malaysia,” ujarnya.

Sebab menurut pria yang kerap melakukan pendampingan secara prodeo terhadap persoalan sosial ditengah masyarakat Nunukan tersebut, beberapa titik jalan yang semestinya harus dibangun jembatan atau minimal box culvert, justru hanya dipasang gorong-gorong yang menurutnya hanya akan bertahan dalam hitungan bulan.

“Kondisi tanah di Sebatik ini rawan longsor jika curah hujan tinggi. Tentu gorong-gorong tak kan mampu menahan derasnya air. Jadi menurut saya, harus benar-benar disesuaikan terkait kondisi tanah dalam pembangunan jalan dengan mempertimbangkan kondisi alam dalam hal ini cuaca,” pungkasnya.