BOGOR – Anggota Legislatif (Aleg) DPR RI Asal daerah Pemilihan Kota Bogor-Cianjur, Diah Pitaloka menyayangkan terjadinya demo ricuh 4 November lalu. Unjuk rasa yang melibatkan ribuan massa mendesak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diproses hukum dalam kasus dugaan penistaan agama tersebut, sebelumnya sudah menggelar demo damai hingga sore. Namun, saat petang ditengarai karena ulah aktor politik, aksi massa berujung ricuh.
“Perhelatan proses Pilkada DKI Jakarta itu untuk mencari pemimpin terbaik. Saya berharap kepada banyak kalangan tidak terpancing dengan isu apapun yang menciderai demokrasi,” ujarnya kepada indeksberita.com, Minggu (6/11/2016).
Menurutnya, akan lebih indah jika suasana kompetisi tidak membawa isu SARA den mengedepankan kedamaian serta kebhinekaan.
“Kerangka demokrasi perlu memprioritaskan sikap toleransi. Sehingga saya pikir, masyarakat harus tetap melihat proses pilkada yang tengah berjalan dengan lebih terbuka, jangan mudah terpancing akan adanya informasi yang menghasut,” lanjutnya.
Soal unjuk rasa, Diah menyebut hal itu hak warga negara. Dan, dirinya sangat menghormati karena juga merupakan bagian membangun demokrasi.
“Tidak ada larangan melakukan aksi unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasi. Namun, unjuk rasa dilakukan tidak dengan menebar ancaman kepada siapapun. Alangkah baiknya jika dilakukan tanpa menyederai atau menebarkan ketakutan,” lanjutnya.
Terpisah, tokoh paranomal Ki Gendeng Pamungkas saat diskusi di Parakan, Kemang, Kabupaten Bogor mengatakan, aksi demo kolosal yang melibatkan banyak massa belum lama ini ditengarai membawa pesan titipan.
“Ada aktor dibelakangnya. Demo tersebut kan tidak beda dengan karnaval. Targetnya bukan Basuki Tjahaja Purnama. Ahok kan hanya target antara. Bidikannya pemimpin di negeri ini. Latarbelakangnya karena rasa kesal,” ujarnya tanpa menyebut siapa aktor politik yang dimaksud.
Sementara itu, Ketua Repdem Kabupaten Bogor, Dody Achdi Suhada mengapresiasi demo damai yang digelar umat muslim hingga sore hari tanpa kericuhan. Ia menduga ricuhnya demo saat 4 November petang karena ada campur tangan aktor politik yang punya kepentingan.
“Jelang magrib, Wapres JK sudah menyampaikan akan menindaklanjuti tuntutan pendemo. Tapi, kenapa terjadi ricuh setelah batasan waktu demo berakhir? Padahal, sebelumnya saya mengapresiasi digelar damai. Saya menduga ini ada unsur kesengajaan dan terindikasi kuat ada penghasut. Terbukti, yel-yel yang disampaikan sudah mengarah ke Presiden Jokowi. Apa hubungannya Jokowi dengan Pilkada DKI? Jelas ada dugaan kuat, keterlibatan aktor politik yang ingin menunggangi aksi demo saat malam harinya,” tuntasnya. (eko)