Selasa, 3 Oktober 23

Setelah Ahok dan Ma’ruf Amin Saling Maaf Memaafkan, Mengapa Tetap Gaduh?

Kegaduhan yang terjadi setelah ketua MUI yang juga Rais Aam Syuriah PB NU, KH Ma’ruf Amin menjadi saksi dalam persidangan kasus dugaan penistaaan agama, masih terus berlanjut. Kegaduhan diawali setelah dalam sidang tersebut, terdakwa Basuki Tjahayapurnama (Ahok) dan pengacaranya, dianggap telah menekan dan melecehkan KH Ma’ruf Amin.

Anehnya, walau Ahok telah meminta maaf dan KH Ma’ruf Amin telah memaafkan, kegaduhan belum juga berhenti. Masih berlanjutnya kegaduhan tersebut, banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, tentu ketersinggungan warga Nahdliyin yang tidak bisa menerima ulamanya direndahkan. Hal lainnya adalah cara komunikasi Ahok yang buruk, dan tentunya kontestasi pilkada DKI yang dinamikanya memang tinggi.

Andrianto, dari Presidium Persatuan Pergerakan, menyatakan bahwa kegaduhan ini harus dilihat juga motivasi dibelakangnya. Menurutnya, upaya Ahok dan pengacaranya menekan KH Ma’ruf Amin, bukan sekedar upaya lolos dari jeratan hukum, juga ada motif untuk menaikan elektabilitasnya.

“Ahok dan tim pengacaranya sungguh fatal. Terlalu bernafsu untuk lepas dari jeratan hukum. Itu sah sah saja sbg terdakwa. Namun tampak ada juga motif Pilkada dibelakangnya. Persidangannya tidak bisa mengangkat simpati publik terhadapnya, itu terbukti dari survey. Akhirnya, itu lah yang terjadi,” ujar Andrianto kepada indeksberita.com.

Sedang mengenai permintaan maaf Ahok, menurutnya tidak akan mengurangi ketegangan yg sudah dibuatnya. Hal tersebut disebabkan karena Ahok sudah terlalu sering tidak bisa menjaga mulutnya, dan publik sudah melihat itu.

“Boleh saja Ahok meminta maaf, tapi tidak ngaruh lah. Sudah inflasi maaf dia, dan sudah terlalu sering dia melukai hati banyak orang. Pada saat ini, yang dilukai justru Rais Aam PBNU, organisasi Islam terbesar, tentu dampaknya besar,” tukasnya.

Pandangan berbeda justru diutarakan oleh GP Ansor, organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia, yang berada dibawah NU. Melalui Ketua Umumnya Yaqut Kholil Qoumas, GP Ansor telah memaafkan Ahok. Sikap ini seriring dengan sikap Rois Aam Syuriah KH. Ma”ruf Amin, yang telah memaafkan Ahok. “Kami memaafkan tapi bukan berarti melupakan. Kami berharap kedepan Basuki Tajahaya Purnama (Ahok-red), tidak mengulangi lagi dan lebih dapat menjaga etika. Karena apabila beliau mengulangi lagi hal serupa, tentunya kami tidak akan tinggal diam,” ujar pria yang sering dipanggila dengan nama Gus Tutut, kepada indeksberita.com.

Menurut Yaqut, persoalan Ahok adalah masalah kecil, yang tidak perlu dibesar-besarkan, karena banyak masalah lain yang lebih besar yang ada di depan mata. Dan menurutnya, dari kejadian ini seharusnya bisa menjadi sarana intropeksi bagi semua untuk lebih merekatkan persatuan bangsa. Untuk itu Yaqut menganjurkan agar semua elemen bangsa untuk lebih mengutamakan Tabayyun (konfirmasi), untuk mengetahui kebenaran suatu perkara sebelum mempersoalkannya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait